Perahu Bidar, Kental dengan Tradisi Budaya Angkat Pariwisata Palembang

Perahu Bidar, Kental dengan Tradisi Budaya, Angkat Pariwisata Palembang--

PALEMBANG, KORANRADAR.ID  – Setiap tahun, tradisi budaya perahu Biduk Selancar (Bidar) di Kota Palembang mampu memikat ribuan masyarakat memadati tepian Sungai Musi di Benteng Kuto Besak (BKB).

Lomba perahu cepat ini sudah melegenda dan menjadi ajang paling dinanti saat momen perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia.

Tidak hanya menarik minat penduduk setempat, bahkan ada yang datang dari berbagai kabupaten kota di Sumatera Selatan hingga mancanegara. 

Mereka rela berpeluh di bawah garangnya terik mentari demi menyaksikan langsung kerasnya perjuangan para pendayung memacu perahu.

Selain warisan budaya dari Kerajaan Sriwijaya dan identitas Kota Palembang, perahu bidar sarat makna bagi warga Kota Pempek, salah satunya Wali Kota Palembang, Ratu Dewa. 

Dalam wawancara dengan belasan jurnalis  yang mengikuti program ABC International Development's Indonesia Media Program sebelum pelaksanaan Festival Perahu Bidar Tradisional 2025 lalu, Ratu Dewa menceritakan kenangan masa lalu yang begitu membekas dalam ingatan.

Sosok sederhana dengan senyum menghias wajah ini mengatakan, sedari kecil dari bangku Sekolah Dasar (SD) hingga Srata 2 (S2), ia selalu menggunakan perahu bidar sebagai sarana transportasi.

“Saya ini orang kampung, bagi saya sudah terbiasa dengan perahu bidar. Dengan ketinggian hanya 65 sampai 70 cm, lebar satu setengah, panjang antara 28 sampai 31 meter. Nah ini persis sama seperti di kampung saya,” ungkapnya. 

BACA JUGA:Sumsel Tuan Rumah MIICEMA ke-24

BACA JUGA:OJK Sebut Likuiditas Perbankan Menguat Pascapenempatan Dana Rp200 T

Namun, seiring waktu, timbul kekhawatiran dalam hati pria yang selalu meberikan inspirasi dalam setiap pidatonya ini di mana generasi pembuat perahu bidar makin menghilang dan  langka. 

Harus ada regenerasi. Apalagi, perahu bidar digadang akan menjadi event internasional untuk ke depan. Harus ada pembelajaran cara membuat perahu, menata perahu agar lebih estetik, dan lainnya.

Ini yang akan terus ia upayakan agar tradisi budaya lokal ini  tetap bertahan, tak tergerus oleh waktu dan memiliki generasi penerus.

“Palembang punya sungai, perahu bidar, dan juga banyak peminatnya. Karena ini adalah cermin dari kegigihan masa Kerajaan Sriwijaya, Kolonial Belanda sampai dengan posisi sekarang,” tegasnya.

Dongkrak Tingkat Hunian Hotel    

Tidak hanya menjadi hiburan bagi masyarakat yang datang dari berbagai penjuru, festival perahu bidar juga memberikan angin segar bagi bisnis perhotelan yang ada di Bumi Sriwijaya.

Devi Emerson, General Manager ibis Palembang Sanggar menyebutkan, okupansi hotel meningkat hingga 20 persen saat festival berlangsung. 

Namun, ia menyayangkan, festival yang  memiliki nilai jual tidak hanya di industri perhotelan saja justru gaungnya nyaris tak terdengar.

Dalam benaknya sebagai GM pendatang di Kota Palembang, akan terlihat promosi besar-besaran terkait festival bidar di beberapa titik sentral seperti di jalan-jalan termasuk sosial media.

Pria asal Manado ini merasa heran, kenapa promosi festival bidar tak menjamah kota lain, terdekat Jambi atau Lampung. Promosi menjadi sarana jitu untuk memancing keingintahuan wisatawan  lokal untuk datang ke Palembang.

Seiring meningkatnya kunjungan wisatawan, tingkat hunian hotel akan terisi penuh, dan ini akan membuat bisnis perhotelan bergairah.

“Otomatis mereka perlu hotel untuk menginap kalau datang ke Palembang. Jadi okupansi bisa naik,” katanya.

Ia sempat membandingkan Festival Cap Go Meh di Singkawang, Kalimantan Barat yang mampu menyedot ratusan ribu wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Dengan promosi gencar dan beragam kegiatan menarik mulai dari atraksi budaya dan seni, kuliner khas, dan lainnya menjadi cara jitu menjerat wisatawan.

Paket Wisata  Bernilai Jual Tinggi.

Tradisi perahu bidar juga menjadi ladang cuan bagi pelaku bisnis travel agent. Festival bidar yang diselenggarakan bulan lalu ramai pengunjung dengan berbagai rangkaian acara menarik.

Kenyataan ini menggelitik Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Provinsi Sumatera Selatan, Feby Yoland untuk mengemas paket wisata dengan nilai jual tinggi.

Festival bidar sudah menjadi daya pikat tersendiri yang dapat  memberikan pengalaman autentik yang belum bisa ditemui di tempat lain. 

“Lomba perahu bidar punya potensi besar untuk mendongkrak kunjungan wisatawan, baik dengan memperpanjang masa tinggal mereka di Palembang maupun menarik wisatawan baru yang tertarik dengan wisata budaya,” cetusnya.

Untuk mendukung ide brilian ini, tentu saja dibutuhkan dukungan promosi yang lebih luas dan pengemasan acara semenarik mungkin agar festival benar-benar dapat menjadi kalender event unggulan pariwisata Sumsel. 

Promosi juga penting dilakukan dari jauh hari, agar gemanya terdengar luas dan menarik minat masyarakat termasuk melibatkan semua stakeholder pariwisata untuk menjangkau semua kalangan baik nasional maupun internasional.

Ia juga optimis, festival bidar dan semua kalender event di Sumsel bisa masuk dan dikemas menjadi paket wisata yang punya nilai jual tinggi. 

Unsur dari pariwisata salah satunya adalah atraksi. Festival bidar termasuk sport tourism yang merupakan atraksi wisata menarik dan bisa menjadi pengalaman berkesan bagi wisatawan baik domestik maupun mancanegara. 

“Festival bidar bahkan bisa dipadukan dengan kunjungan ke destinasi lain seperti Kampung Kapitan, Pulau Kemaro, Griya Kain Tuan Kentang, hingga kuliner khas Palembang,” urainya.

Tidak sekedar wacana, ASITA Sumsel melakukan aksi cepat dengan Familiarization Trip ke Malaysia di mana salah satu agenda mengunjungi MATTA (Malaysian Association of Tour and Travel Agents) Fair 2025, pameran pariwisata terbesar di Malaysia pada minggu pertama September 2025 lalu.

Mengingat selama ini telah terjalin jaringan bisnis dan kerja sama yang baik dengan beberapa travel agent di Malaysia untuk menjual paket wisata Sumsel, kesempatan ini menjadi peluang emas.

Ia menyayangkan, Sumatera Selatan belum ikut andil pada tahun ini di MATTA Fair. Ia berharap, tahun yang akan datang, Sumatera Selatan bisa mengikuti pameran ini dan menggandeng Biro Perjalanan Wisata ASITA Sumsel untuk mengemas paket wisata menarik yang ada di Sumatera Selatan.

 Ramaikan Hari Pariwisata Sedunia

Atraksi perahu bidar tidak hanya menjadi tradisi turun menurun  pada saat Hari Kemerdekaan Indonesia saja. 

Pelaku pariwisata yang tergabung dalam Masyarakat Sadar Wisata (MASATA) Sumsel  ikut mendukung event lomba perahu bidar memperebutkan Piala Pangdam Sriwijaya yang akan dilaksanakan bertepatan dengan Hari Pariwisata Sedunia pada tanggal 27 September 2025.

Ketua MASATA Sumsel dan mantan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumsel, Herlan Asfiudin mengungkapkan, event lomba bidar yang akan dilaksanakan di  Danau Ski Air Jakabaring Sport City merupakan bagian dari HUT ke-80 Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang akan digelar pada hari bersejarah bagi insan pariwisata.

Tentu saja, sebagai tokoh pariwisata Sumsel, Babe, biasa ia disapa, berkewajiban untuk mengajak para anggota MASATA yang merupakan gabungan dari akademisi, pelaku bisnis, pemerintah, komunitas, dan media ini 

untuk ikut memberikan semangat dan dukungan penuh.

“Perahu bidar salah satu tradisi yang harus kita lestarikan. Selain warisan budaya, juga menjadi ciri khas Kota Palembang. Kalau saat ini kita sebagai pendukung, ke depan kita sebagai pelaksana event untuk mengangkat pariwisita kota kita tercinta,” katanya.

Pria sepuh yang tidak mengenal lelah berjuang memajukan pariwisata Sumsel ini juga berharap festival bidar bukan hanya sekedar legenda, harus dibenahi agar bisa memacu wisatawan datang. 

Apalagi, produk unggulan wisata ini sudah ditetapkan sebagai bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN) 2025 oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan