Tokoh Inspiratif Terima Penghargaan,Wak Pet: Seniman Dulmuluk Adalah Jantung Budaya Sumsel

Pose bareng : Sembilan tokoh inspiratif dari berbagai latar belakang, mulai dari guru hingga seniman, menerima penghargaan bergengsi Profesor Mahyuddin Award 2025 pose bareng dengan Yudha Pratomo Mahyuddin, Ketua Profesor Mahyuddin Institute.--

PALEMBANG, KORANRADAR.ID -Sembilan tokoh inspiratif dari berbagai latar belakang, mulai dari guru hingga seniman, menerima penghargaan bergengsi Profesor Mahyuddin Award 2025. Salah satu penerima yang paling menonjol adalah Kgs Abdul Wahab, atau yang akrab disapa Wak Pet, seorang seniman yang mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan teater tradisional Dulmuluk.

Acara yang digelar di Ballroom The Zuri Hotel, Palembang, pada Minggu (14/9/2025) ini bukan sekadar seremoni, melainkan sebuah tribut untuk mengenang Prof. Mahyuddin Mahyuddin, seorang tokoh pendidikan yang dikenal akan integritas dan komitmennya pada nilai-nilai kejujuran. Profesor Mahyuddin Award diberikan kepada mereka yang telah memberikan kontribusi nyata dan tulus kepada masyarakat, tanpa memandang popularitas atau jabatan.

BACA JUGA:INLA Sumsel Gelar Festival Seni Tari Kasih Semesta Ke-8, Dorong Peningkatan Wisata dan Harmoni Budaya ​

Wak Pet, Penjaga Kesenian Dulmuluk yang Mendapat Pengakuan

Wak Pet, penerima penghargaan di kategori seniman, adalah sosok legendaris di dunia seni pertunjukan Sumatera Selatan. Ia dikenal sebagai aktivis dan pegiat teater Dulmuluk, sebuah seni tradisional yang kaya akan nilai moral dan pelajaran hidup. Pengakuan ini menjadi momen haru baginya.
"Senang sekali... artinya apa yang kita lakukan selama ini diperhatikan juga," ungkap Wak Pet.
Ia menambahkan bahwa Dulmuluk bukan sekadar hiburan, melainkan cerminan identitas budaya. Oleh karena itu, Wak Pet merasa prihatin melihat generasi muda yang mulai meninggalkan kesenian tradisional. Ia berpesan agar mereka tidak melupakan akar budaya sendiri.
"Saya harap anak-anak muda meneruskan perjuangan ini. Jangan sampai punah. Kalau kesenian Dulmuluk hilang, maka hilang juga identitas kita," tegasnya.
Untuk memastikan seni Dulmuluk tetap hidup, Wak Pet berharap pemerintah bisa memberikan dukungan berkelanjutan. Dukungan itu mencakup penyediaan ruang tampil, pelatihan rutin untuk generasi muda, dan dokumentasi karya seni. Ia juga optimistis bahwa teknologi digital dapat menjadi alat bantu, bukan penghalang, dalam melestarikan seni tradisional.
"Seni tradisi memang bukan untuk viral. Tapi kalau terus dilestarikan, dia akan jadi harta yang tak ternilai," tutupnya.

Profil Penerima Penghargaan Lainnya

Selain Wak Pet, delapan tokoh inspiratif lainnya juga menerima penghargaan atas dedikasi mereka yang luar biasa di bidang masing-masing.
Tenaga Kesehatan: Prof. dr Ali Ganie Sp PD KKV, Finasim
Dosen: Syamsuryadi SSi Mkom Ph.D
Guru: Iswan Djati Kusuma Spd MSi
ASN Pemerintahan: Joni Awaludin SE MT MA
Pengusaha/UMKM: Ardiansyah
Wartawan: Drs H Maspriel Aries
Relawan Sosial: Agus Mulyono
Ustad/Ustadzah: Hj Zuwairiyah Tholib
Yudha Pratomo Mahyuddin, Ketua Profesor Mahyuddin Institute, menekankan bahwa penghargaan ini murni diberikan berdasarkan kontribusi nyata dan ketulusan, bukan karena pengaruh politik atau popularitas. Hal ini sejalan dengan tanggal penyelenggaraan acara yang bertepatan dengan hari kelahiran almarhum Prof. Mahyuddin, yang kini genap berusia 78 tahun jika masih hidup.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan