Karantina Sumsel Go Digital! Bongkar Krisis Komunikasi dan Potensi Ekspor Milyaran!

Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), drh. Sri Endah Ekandari, M.Si, menegaskan komitmen pihaknya untuk memperkuat fungsi kehumasan dan menjalin hubungan erat dengan para jurnalis.--
PALEMBANG, KORAN RADAR. ID – Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), drh. Sri Endah Ekandari, M.Si, menegaskan komitmen pihaknya untuk memperkuat fungsi kehumasan dan menjalin hubungan erat dengan para jurnalis.
Hal ini disampaikan dalam acara "Coffee Morning" bertajuk “Crisis Communication & Digital Storytelling: Strategi Terpadu Media Relations untuk Karantina Era Digital" yang berlangsung di Aula BKHIT Sumsel, Jalan Kol. H. Burlian KM 6, Palembang, pada Jumat (11/7/2025).
Menurut drh. Sri Endah, di era digital saat ini, komunikasi yang kuat sangat krusial, terutama dalam mengelola isu publik yang sensitif. "Melalui kerja sama dengan media, kami ingin memastikan informasi yang disampaikan kepada masyarakat akurat, cepat, dan terpercaya," ujarnya.
BACA JUGA:Kopi Pagar Alam Go Global: Mendorong Ekspor Langsung dan Ketertelusuran Produk Kualitas Sumsel
Edukasi Publik dan Potensi Ekspor Jadi Prioritas BKHIT Sumsel
Selain pencegahan dan pengawasan, drh. Sri Endah menjelaskan bahwa edukasi publik juga merupakan tugas utama BKHIT. BKHIT Sumsel memiliki "Buletin Karantina Kita", media informasi internal yang terbuka bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) lain untuk berkontribusi. Buletin ini, kata Sri Endah, mengangkat berbagai rubrik, termasuk potensi ekspor seperti kopi dan paha kodok.
Terkait potensi ekspor paha kodok, BKHIT Sumsel tengah menjajaki pasar internasional, salah satunya ke Belgia. Namun, kendala kuota tangkap menjadi tantangan. "Kuota tangkap kodok bukan di ranah kami. Seharusnya pemerintah daerah, provinsi, juga mendorong budidaya," jelasnya. Ia menambahkan, pengawasan kesehatan kodok yang diekspor sangat penting untuk memastikan bebas dari Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK), mengingat kodok termasuk kategori produk ikan.
BACA JUGA:Permudah Pelayanan, Surat Jalan dari Balai Karantina Sumsel Gratis
Kolaborasi Kunci Peningkatan Ekspor Komoditas Unggulan Sumsel
Sri Endah juga menekankan pentingnya kolaborasi dalam sektor ekspor, termasuk kopi dari Sumatera Selatan. "Kita harus bekerja sama dengan dinas-dinas terkait seperti Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Peternakan, Dinas Perkebunan, serta para petani," ujarnya.
Beberapa waktu lalu, BKHIT Sumsel telah berkolaborasi dengan OJK dan Dinas Koperasi, serta menjadi narasumber dalam pertemuan dengan sekitar 10-11 petani di Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Sumsel. Tujuannya adalah mendorong pertumbuhan eksportir dan meningkatkan pemahaman petani mengenai kualitas kopi ekspor.
Permasalahan ekspor, lanjut Sri Endah, tidak hanya sebatas teknis, tetapi juga pembiayaan dan ekosistem yang belum lengkap di Sumsel. Ia mencontohkan, waktu pengiriman ekspor dari Sumsel ke Malaysia bisa terhambat karena volume kontainer yang tidak mencukupi, mempengaruhi kualitas komoditas. "Hal ini perlu kolaborasi dengan dinas-dinas terkait untuk menumbuhkan ekosistem itu," tegasnya.
Selain kopi, kelapa Sumsel juga memiliki potensi besar, termasuk diminati oleh Cina. "Setelah kopi, bertahap kita akan fokus ke kelapa. Kita bangun ekosistemnya," tambah Sri Endah.
Hingga pertengahan tahun ini, BKHIT Sumsel banyak mengawasi produk seperti Kelapa, Kopi, Kelapa Sawit, Karet, dan Produk-Produk Hewan. "Jika ada produk yang tidak memenuhi persyaratan, akan kami kembalikan kepada pemiliknya dan tidak disertifikasi," jelasnya.
Pelatihan dan Pengawasan di Bandara SMB II Jelang Penerbangan Internasional
Minggu depan, BKHIT Sumsel akan berkolaborasi dengan PT Angkasa Pura mengadakan pelatihan bagi 130 petugas APSEC di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II), dibagi menjadi tiga gelombang pada tanggal 15, 16, dan 17 Juli 2025. "Ini karena pada tanggal 18 Juli akan ada penerbangan perdana AirAsia ke Malaysia," ungkap Sri Endah.
Pelatihan ini akan fokus pada pengawasan komoditas hewan, tumbuhan, dan ikan yang wajib diperiksa karantina, termasuk simulasi penggunaan X-Ray.
Peran Penting Media Relations dalam Mengatasi Krisis Komunikasi
Narasumber dalam acara tersebut, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palembang, Muhamad Fajar Wiko, menekankan pentingnya strategi media relations dalam menghadapi krisis komunikasi di era digital. "Dalam dunia digital, musuh kita bukanlah senjata, tapi persepsi. Satu klik bisa membuat berita menyebar luas dan mengubah opini. Inilah yang kita sebut sebagai 'crisis communication'," katanya.
Wiko memandang pengelolaan informasi layaknya permainan catur, di mana kecepatan dan akurasi menjadi senjata utama. Ia juga menjelaskan pentingnya strategi 4L (Listening, Lead, Layer, dan Leverage) dalam menghadapi krisis: memantau isu sejak awal, mengendalikan narasi, menciptakan konten di berbagai platform, hingga melibatkan jurnalis, warganet, dan akademisi.
Mantan Pimpinan Redaksi Tribun Sumsel (2012-2023), Hj. L Weny Ramdiastuti, turut menjelaskan mengenai komunikasi krisis dan pentingnya digital storytelling dalam membangun kepercayaan publik. Menurutnya, krisis komunikasi sering terjadi karena budaya birokrasi yang tertutup, kurangnya SDM di bidang komunikasi publik, serta kurangnya keterbukaan informasi.
"Kita perlu melakukan transformasi komunikasi yang fundamental — dari reaktif menjadi proaktif, dari satu arah menjadi dua arah, dan dari gaya formal menjadi percakapan," ujarnya. Kegagalan komunikasi publik dapat berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat, kerugian ekonomi, hingga peningkatan risiko kesehatan dan lingkungan, terutama dalam sektor karantina. Weny juga mengingatkan pentingnya keterlibatan publik, dengan mengedepankan kisah nyata, transparansi data, serta penyampaian informasi yang humanis dan mudah dipahami.