SoCOFI: Kopi Sumsel, Menolak Dilupakan

Sumarjono saragih ketua Apindo Sumsel--

SURABAYA, KORANRADAR.ID - “Kok ndak pernah kedengaran ya?” ujar Agam Facthurrohman. Teman penikmat kopi dan kolega saya di industri sawit. Benarkah kopi sumsel tidak pernah didengar apalagi dikenal? Ungkapan Agam yang spontan layak jadi perenungan. Karena jamak pesan di dalamnya. Hal ini terlontar dalam bincang ringan disela rakernas sawit GAPKI di Surabaya.

Sumatera Selatan adalah propinsi dengan produksi kopi terbesar. Menyumbang sekitar 26% produksi kopi nasional. Namun, keberadaan dan keistimewaan kopi bumi sriwijaya seolah tak pernah benar-benar dikenal luas. Bahkan di kalangan penikmat kopi seperti Agam pun, nama kopi sumsel terdengar asing. Mengapa?

SoCOFI Gagasan Kebangkitan Kopi Sumsel

Kopi sumsel punya modal besar dan kini waktu bangkit. Harus dengan 'brand' dan narasi yang membawa nama sumsel. Tidak lagi di bawah bayang-bayang Lampung. "Sumsel punya kopi, lampung punya nama" ungkapan miris yang kerap terdengar. Kini sejumlah even dan gerakan memberi harapan kebangkitan. SoCOFI salah satunya. South Sumatera Sustainable Coffee Initiatives (SoCOFI). Inisiatif kopi sumsel berkelanjutan. Sebuah gagasan dari saya Sumarjono Saragih sebagai Ketua APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) Sumsel.

Dengan pengalaman panjang di sawit, saya ingin membawa inisiatif keberlanjutan ke industri kopi. Sawit dan kopi dalam sejumlah hal punya kesamaan. Punya tantangan yang mirip di bagian hulu (petani). Bahkan tantangan petani kopi lebih kompleks. Petani sawit lebih beruntung karena perusahaan perkebunan sawit bermitra intensif di hulu. Tidak demikian halnya kopi. Karena perusahaan kopi berada di hilir. Mereka tidak memiliki perkebunan kopi.

BACA JUGA:Sumarjono Saragih, Pelopor Kampanye Kerja Layak Perburuhan Sawit

Industri kopi amat besar dan kini dalam gairah yang menjanjikan. Bukan hanya di Indonesia tapi di dunia. Setidaknya itu impresi saya ketika melihat perhelatan akbar World of Coffee 2025 di Jakarta (15–17 Mei). "I was overwhelmed. 3 years ago I visited the World of Coffee event in Milan, Italy. But I think the Jakarta event had more energy It was really impressive" balas Kristina Kurts via WA.

Kristina adalah Manager ILO (International Labor Organisation) yang akan menjadi mitra APINDO Sumsel dalam proyek kopi SoCOFI.

Pameran World of Coffee Jakarta menggambarkan perkembangan di bagian hilir yang mengesankan. Mulai dari kafe, roastery, peralatan, teknologi permesinan dan pendukung lainnya. Namuan nyaris tak terlihat gerakan yang nyata di bagian hulu. Mengapa? Siapa yang harus mengurus dan mendampingi petani kopi? Apalagi sedang mengahadapi perobahan iklim (climate change) dan isu keberlanjutan (sustainability). Lebih kritis lagi di mana petani dan kopi Sumsel? 

BACA JUGA:Sumarjono Saragih Ketua Apindo Sumsel Periode 2022-2027

Perbincangan singkat dengan Agam dan kesan dari World of Coffee menambah energi untuk mengangkat kopi Sumsel. Ekosistem industri kopi sumsel harus berkembang dan dikembangkan. Ketua OJK Sumbagsel, Arifin Susanto sudah getol menata ekosistem keuangan. Sub ekosistem bisnis dan industri lainnya harus mengikuti. Logistik & pergudangan, tata niaga, kelembagaan dll.

Menjadikan petani kopi sebagai episentrum penataan. People-centered south sumatera sustainable coffee. Kopi sumsel berkelanjutan dan berpusat pada kesejahteraan manusi (petani). Sejalan dengan banyak prinsip, kriteria dan tujuan. Ada rujukan ESG, SDGs, EUDR, CSDDD. Secara nasional dikemas dalam Indonesia Emas 2045. Itu salah satu misi besar yang saya bawa melalui SoCOFI. Bagaimana dengan anda? Mari kita kolaborasi bila anda tertarik dan punya misi dan inisiatif yang senada. Bersama kita wujudkan "Kopi Sumsel Menolak Dilupakan". Horas.

 

Sumarjono Saragih  

Ketua APINDO Sumatera Selatan 

Penggagas & Founder SoCOFI (South Sumatera Sustainable Coffee Initiatives)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan