ILO dan APINDO Bawa Kopi Sumsel Berkelas Dunia

Kunjungan delegasi organisasi dunia PBB yang khusus bidang buruh, ILO didampingi ketua Apindo Sumsel Sumarjono Saragih. Diterima langsung Kepala OJK Sumbagsel, Arifin Susanto bersama staff OJK lainnya di ruang rapat Kantor OJK Palembang (27/2/2025). --
PALEMBANG, KORANRADAR.ID -"Sumsel punya kopi, Lampung punya nama" ujar Kepala OJK Sumbagsel, Arifin Susanto. Ini adalah gambaran paradoks kopi Sumsel.
Tercatat sebagai provinsi penghasil kopi terbesar. Sumsel menyumbang 26% dari total produksi nasional.
Namun ekosistem industri kopi malah tumbuh pesat di Lampung. Ungkapan Ketua OJK ini muncul dalam acara menerima kunjungan delegasi organisasi dunia PBB yang khusus bidang buruh, ILO (International Labour Organisation) di ruang rapat Kantor OJK Palembang (27/2/2025).
Dua pejabat ILO Ockert Dupper (Kantor ILO Genewa) dan Kristina Kurths (ILO Jakarta) dibawa oleh Sumarjono Saragih, Ketua APINDO Sumatera Selatan.
ILO selama ini sudah bekerjasama di industri sawit. Selain Ketua APINDO Sumsel, Sumarjono Saragih adalah Ketua GAPKI Nasional Bidang Pengembangan SDM Sawit.
Didampingi Pengurus APINDO Handy Soen, Sumarjono Saragih sengaja membawa delegasi ILO bertemu Kepala OJK Sumbagsel. Selain dikenal seorang 'passionate' barista,
Kepala OJK Sumsel aktif mendorong inklusi keuangan dan sukses melakukan ekspor kopi langsung dari pelabuhan Sumsel.
Ekspor perdana dari Pelabuhan Bom Baru Palembang (19/1). Mengirim kopi sumsel, 10 kontainer ke Malaysia dan 4 kontainer ke Australia.
Sebelum ke OJK, di hari sebelumya, delegasi ILO sudah berkunjung ke Dinas Perkebunan dan Dinas Ketenagakerjaan Sumsel.
Mereka juga "rela" menempuh perjalanan 8 jam ke Pagar Alam menemui petani kopi.
Menyerap aspirasi kelompok petani kopi yang dikordinir tokoh seniornya, Frans Witjaksono.
Kopi dan sawit, dua komoditi andalan ekspor sumsel. Dalam banyak hal keduanya bernasib sama di pasar global.
Menghadapi tuntutan keberlanjutan (sustainability). Sumarjono Saragih ingin memperkenalkan praktek keberlanjutan sawit ke petani kopi.
Beberapa tahun terakhir, dengan bantuan ILO, sawit berhasil naik kelas memenuhi standar keberlanjutan. Ada kepatuhan sosial (social compliance) yang disyaratkan standar ESG dan SDGs.
Di akhir kunjungan, Kristina dan Ockert menyampaikan kesan dan berjanji mendukung kemajuan kopi Sumsel. Segera kembali ke Genewa, Ockert akan menyusun program aksi.
Program kolaboratif multi pihak dan multi aspek serta jangka panjang. Mulai dari hulu hilir dan ekosistem industri kopi.
Oleh karena itu dibutuhkan dukungan nyata dari pemerintah Sumsel. Salah satunya mengembangkan 'platform' multipihak.
Diusulkan bernama SUCOFI (South Sumatera Sustainable Coffee Initiatives).
SUCOFI akan dimulai dari kepatuhan sosial (health and safety) melindungi petani dan buruh tani kopi.
Faktor petani dan buruh tani adalah satu aspek penting dalam peningkatan produktifitas. Nanti akan disusul dengan aspek lainnya seperti budi daya dll. Dengan cara itu, kopi sumsel akan memenuhi standar keberlanjutan global sekaligus menyejahterakan petani kopi. Menuju kopi kebanggaan bersama. Kopi Sumatera Selatan. Semoga.