BI Sumsel Optimis
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan (BI Sumsel) memperkirakan ekonomi Sumsel akan tumbuh sebesar 4,7 persen sampai dengan 5,5 persen (yoy) hingga akhir 2024.--
PALEMBANG, KORANRADAR.ID - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan (BI Sumsel) memperkirakan ekonomi Sumsel akan tumbuh sebesar 4,7 persen sampai dengan 5,5 persen (yoy) hingga akhir 2024.
BI Sumsel tetap optimis akan meningkat pada kisaran 4,8 persen sampai dengan 5,6 persen (yoy) pada 2025. Optimis tersebut diungkapkan Deputy Direktur BI Sumsel, M Latif, dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, dengan tema Memperkuat Stabilitas dan Transformasi Ekonomi Nasional, Jumat 29 November 2024 malam.
“Melihat perkembangan terkini, kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumsel tahun ini melanjutkan pertumbuhan dan berada di kisaran yang sama dengan pertumbuhan ekonomi nasional 4,7 persen sampai dengan 5,5 persen,”jelas M Latif. Dari sisi pengeluaran, sambung dia, perekonomian Sumatera Selatan pada triwulan III 2024 ditopang oleh konsumsi rumah tangga dengan pangsa 59,67 persen.
Sementara dari sisi Lapangan Usaha (LU), lanjut M Latif, LU pertambangan dan penggalian serta LR industri dan pengolahan dengan total pangsa 43,58 persen,”jelas dia. “Dan masing-masing tercatat tumbuh sebesar 3,51 persen (YoY) dan 4,04 persen (YoY),”ungkap dia.
\Berdasarkan data sumsel.bps.go,id, Perekonomian Sumatera Selatan berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan III-2024 mencapai Rp 171,65 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 97,41 triliun.
Ekonomi Sumatera Selatan triwulan III-2024 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 2,47 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 8,30 persen. Sementara dari sisi Pengeluaran, Komponen Ekspor Luar Negeri mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 16,94 persen. Di tingkat nasional, kinerja dan prospek perekonomian tetap terjaga di tengah ketidakpastian global yang masih berlanjut. “Sepanjang tahun 2024, stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia tetap terjaga,”ujar dia.
Inflasi Terendah Kedua di Sumatera
BI Sumsel juga melaporkan perkembangan inflasi provinsi Sumatera Selatan sepanjang tahun 2024 relatif terkendali dalam level yang rendah. Dari sisi perkembangan harga, secara tahunan perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sumatera Selatan Oktober 2024 tetap terkendali sebesar 1,09 persen (yoy). “Rilis terkini inflasi Sumsel tercatat sebesar 1,09 persen (yoy), di bawah nasional yang sebesar 1,71 persen (yoy),”kata dia.
Posisi tersebut, menempatkan Sumsel menjadi provinsi dengan tingkat inflasi tahunan terendah kedua di regional Sumatera. “IHK tersebut menempatkan Sumatera Selatan menjadi provinsi dengan tingkat inflasi tahunan terendah kedua di regional Sumatera,”jelas dia.
Bila dilihat dari komoditas penyumbang inflasii secara triwulanan dalam 3 triwulan terakhir, kami mencermati terdapat 3 komoditas yang dominan. “Pertama, beras dengan andil 0,56 persen (yoy), diikuti emas perhiasan dengan andil (0,4 persen yoy) dan cabai merah dengan andil (0,34 persen yoy),”ungkap M Latif.
Berdasarkan data sumsel.bps.go.id, pada Oktober 2024 terjadi inflasi year on year (y-on-y) Provinsi Sumatera Selatan sebesar 1,09 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,87. Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir sebesar 1,44 persen dengan IHK sebesar 107,05 dan terendah terjadi di Kota Lubuk Linggau sebesar 0,89 persen dengan IHK sebesar 104,61
Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,20 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,70 persen; kelompok kesehatan sebesar 1,71 persen.
Lalu, masih ada kelompok transportasi sebesar 1,13 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,05 persen; kelompok pendidikan sebesar 1,82 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,40 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 8,51 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,39 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,54 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,37 persen. “Melalui sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam mengendalikan inflasi daerah terutama inflasi komoditas pangan bergejolak (volatile food), inflasi Sumsel tahun 2025 diperkirakan dapat berada pada kisaran sasaran 2,5 plus minus 1 persen (yoy),”jelas dia. (dav)