Pemrakarsa Alquran Al Akbar, Syofwatillah Mohzaib: Memuliakan Alquran Dimuliakan Allah

Jumat 29 Mar 2024 - 18:36 WIB
Reporter : Asif Ardiansyah
Editor : Maulana Muhammad

Dikisahkan, semasa mengandung Opat, ibunya selalu rajin membaca Alquran. Ia juga selalu rutin membaca kitab Dala’ilul Khairat, yaitu kitab klasik warisan ulama besar di dunia Islam, yang biasa dilagamkan di pengajian-pengajian tradisional.

BACA JUGA:Korem 044/Gapo Bersama UIGM Palembang Gelar Outbond LDO

Bagi sebagian santri, tentu kitab Dala’il ini tak asing lagi. Kitab ini bercerita seputar sirah perjalanan Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.

Nah, dalam salah satu bait kitab Dala’il itulah tertera nama “Shofwatullah” yang kemudian menginspirasi Zaini-Sufroh untuk memberi nama anak bungsunya itu “Syofwatillah” yang berarti “Pilihan Allah”.

Kalau dilihat dari sisi kaidah bahasa Arab, pelafalan antara “Shofwatillah” dan “Shofwatullah”, tidak berpengaruh atau mengubah maknanya.

Uniknya, belum genap berusia lima tahun, Opat telah terdaftar menjadi siswa SD. Tetapi sayang, masa belajar Opat di SD tersebut tak bisa bertahan lama.

Ia hanya sampai duduk di kelas satu. Pasalnya, kedua orangtua Opat menilai bahwa di Kota Palembang, di mana Opat tinggal dan bergaul, masih jauh dari jangkauan pendidikan agama dan lingkungannya kurang kondusif. Atas dasar itulah, orangtua Opat kembali membawanya ke Kampung Pengoreng, Serang. 

BACA JUGA:Pj Walikota Apresiasi Kehadiran Ketum TP PKK Tri Tito Karnavian di Gandus, Launching 3 Program Sekaligus  

Kepindahan Opat ke Serang tepat setelah kenaikan kelas. Sembari sekolah umum di pagi hari. Opat harus mengikuti pendidikan agama sebagai santri kalong dekat rumah.

Sejak duduk di bangku SD, Opat banyak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Ia juga sering datang ke rumah gurunya untuk belajar tambahan baik pelajaran sekolah maupun kesenian. Opat seolah tak mau berdiam diri. Energik dan partisipatif.

Memasuki usia muda, Opat  menyalurkan bakat dan hobinya  yang berkembang di Ar-Risalah. Ketika digelar lomba pidato se-Pondok Ar-Risalah, Opat berhasil menyabet juara pertama, lomba pidato dalam kategori bahasa Indonesia.

Lama berselang, Syofwatillah alias Opat akhirnya memasuki bangku kuliah di Fakultas Dakwah, jurusan BPI (Bimbingan Penyuluhan Islam) IAIN Raden Fatah Palembang.

Sengaja mengambil fakultas tersebut, karena ingin fokus pada dakwah Islamiyah, yang sudah ditekuninya selama ini. Semasa kuliah, Opat tidak seperti mahasiswa pada umumnya—yang banyak mengisi waktunya di kampus dengan berbagai kegiatan.

Ia datang ke kampus hanya untuk kuliah. Jika dosennya berhalangan hadir, ia langsung meninggalkan kampus.

Opat bukan benci dengan organisasi, tapi faktor pekerjaan yang kian banyak. Beraneka ragam pekerjaan ia jalani, mulai dari guru privat agama di Perumahan Bukit Sejahtera Poligon (salah satu kompleks elit di Palembang), membuat kaligrafi di masjid-masjid, hingga menjadi penceramah keliling di berbagai tempat.

Uniknya, dari sekian banyak pekerjaannya, Opat tidak menjadi orang yang kaya raya alias tajir! Tapi pas-pasan sekadar untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Karena, semua yang ia kerjakan tidak bertarif khusus atau terlalu dikomersialkan.

Kategori :