KORANRADAR.ID – Chief Economist Citi Indonesia, Helmi Arman, menilai kebijakan pemerintah menempatkan tambahan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp76 triliun di perbankan akan semakin memperluas ruang penyaluran kredit industri perbankan nasional.
Dalam konferensi pers Pemaparan Ekonomi dan Kinerja Keuangan Citi Indonesia Kuartal III/2025 di Jakarta, Selasa, 18 November 2025, Helmi menjelaskan bahwa langkah tersebut akan memperkuat kondisi likuiditas sektor perbankan di tengah tren injeksi likuiditas yang sudah berlangsung sepanjang tahun ini.
“Tahun ini terjadi penciptaan likuiditas perbankan yang cukup besar, dan mungkin paling besar setelah masa COVID-19. Perkiraan kami, likuiditas di akhir tahun ini bertambah sekitar Rp400 triliun dibanding posisi akhir tahun lalu,” ujar Helmi.
Ia menuturkan, peningkatan likuiditas tersebut didorong kombinasi berbagai kebijakan otoritas moneter, antara lain kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) yang menambah ruang likuiditas bagi perbankan. Tambahan dana pemerintah melalui SAL pada November ini diperkirakan akan membuat tren penambahan likuiditas berlanjut hingga tahun depan.
“Dengan adanya injeksi lanjutan, kemungkinan tahun depan juga masih akan ada penambahan likuiditas perbankan. Dan seharusnya, dengan penambahan likuiditas ini, rasio likuiditas perbankan membaik sehingga meningkatkan kapasitas untuk penyaluran kredit,” jelasnya.
Helmi menekankan, kondisi ini sangat penting bagi bank-bank yang selama ini rasio likuiditasnya mendekati batas bawah sehingga ruang ekspansi kreditnya menjadi terbatas. Penambahan likuiditas akan membuka ruang gerak baru bagi bank-bank tersebut untuk lebih agresif menyalurkan pembiayaan ke sektor riil.
Terkait kekhawatiran bahwa injeksi dana akan terkonsentrasi hanya pada bank-bank anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), Helmi menilai pergerakan dana di sistem perbankan pada akhirnya akan bersifat menyebar mengikuti aktivitas ekonomi dan penyaluran kredit.
“Seharusnya likuiditas itu lambat laun menyebar ke seluruh sistem perbankan. Karena seiring penciptaan kredit baru, ketika kredit yang diberikan dipakai atau dibelanjakan, dana tersebut akan mengalir dan menyebar. Jadi tidak hanya terpusat di bank-bank tertentu saja, tapi lebih menyebar ke sistem,” tambahnya.
Pemerintah sendiri menambah penempatan dana dari SAL sebesar Rp76 triliun per 10 November 2025. Dana ini disalurkan ke empat bank, yakni Bank Mandiri Rp25 triliun, BRI Rp25 triliun, BNI Rp25 triliun, dan Bank Jakarta (Bank DKI) Rp1 triliun.
Adapun penyerapan penempatan dana pemerintah sebelumnya tercatat berjalan cepat. Dalam Rapat Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin (17/11), Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal (SEF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, memaparkan bahwa perbankan telah menggunakan Rp167,6 triliun atau sekitar 84 persen dari total alokasi awal Rp200 triliun.
Bank Mandiri dan BRI tercatat telah menyalurkan 100 persen dari masing-masing alokasi Rp55 triliun. BNI telah menyalurkan Rp37,4 triliun atau 68 persen dari alokasi yang sama. BTN menyalurkan Rp10,3 triliun atau 41 persen dari Rp25 triliun yang ditempatkan, sementara BSI telah menyalurkan Rp9,9 triliun atau 99 persen dari dana Rp10 triliun yang diterima.
Dengan kombinasi tambahan dana SAL dan kuatnya penyerapan sebelumnya, Citi Indonesia melihat prospek positif bagi penguatan likuiditas perbankan sekaligus dorongan ekspansi kredit ke berbagai sektor strategis pada tahun-tahun mendatang.