PALEMBANG, KORANRADAR.ID – Di tengah kian menumpuknya persoalan sampah dan ruang terbatas di perkotaan, warga Kelurahan Kota Negara, Kabupaten Lahat, kini punya cara baru menjaga lingkungan sekaligus memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Lewat sentuhan tangan Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel), mereka belajar mengubah sampah menjadi berkah dan pekarangan sempit menjadi ladang hijau yang produktif.
Melalui Fuel Terminal (FT) Lahat, Pertamina menghadirkan program pelatihan pengelolaan sampah berkelanjutan dan "urban farming" bagi warga setempat. Kegiatan ini menjadi bagian dari implementasi Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang fokus pada pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan.
Pelatihan yang digelar di Kelurahan Kota Negara ini diikuti oleh 50 peserta perwakilan RT/RW dan anggota kelompok binaan Endong-Endong Maju Besame. Acara dibuka oleh Fuel Terminal Manager (FTM) Lahat, M. Anshary Ridhani, serta dihadiri oleh Lurah Ujang Zairi, perwakilan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lahat, dan Herdiansyah dari TPS 3R Masda Jaya Desa Arahan sebagai narasumber.
Menurut data DLH Kabupaten Lahat, volume sampah di daerah tersebut mencapai 88,04 ton per hari, dengan 30,74 ton dihasilkan dari wilayah Kota Lahat saja. Dari angka itu, sebagian besar berasal dari rumah tangga. Tak heran jika pengelolaan sampah menjadi tantangan besar bagi Kelurahan Kota Negara yang berpenduduk 2.667 jiwa.
Situasi itulah yang menginspirasi Pertamina untuk mengajak masyarakat menerapkan konsep Reduce, Reuse, Recycle (3R), khususnya dengan memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk kompos. Lewat pendekatan yang praktis, warga juga diajarkan cara menanam sayur di lahan terbatas menggunakan polybag, pot bekas, hingga rak vertikal dari bahan daur ulang.
“Program ini bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi langkah nyata membangun kesadaran baru masyarakat untuk hidup lebih bersih, mandiri, dan berdaya,” ujar Ujang Zairi, Lurah Kota Negara.
Dari Limbah Dapur ke Ladang Harapan
Bagi warga seperti Mazda Rosalia, kegiatan ini menjadi pengalaman berharga. Ia mengaku kini punya kebiasaan baru yang membawa dampak positif bagi lingkungan.
“Dulu sampah dapur langsung dibuang. Sekarang kami pisahkan dan jadikan kompos. Pekarangan kecil pun bisa dipakai menanam sayur. Lingkungan jadi bersih dan kami lebih produktif,” tuturnya dengan senyum bangga.
Dari halaman sempit rumah-rumah warga, kini mulai tumbuh aneka sayuran hijau. Bayam, cabai, hingga tomat tumbuh subur di pot bekas cat dan botol air mineral. Tak hanya mempercantik lingkungan, hasil panen ini juga membantu mengurangi pengeluaran dapur keluarga.
Energi Perubahan dari Pertamina
Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Rusminto Wahyudi, menjelaskan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari semangat Pertamina menghadirkan energi perubahan melalui pilar Energy Diversity and Growth (EDG).
“Kolaborasi seperti ini membuktikan bahwa energi tak hanya berarti bahan bakar, tetapi juga semangat perubahan sosial. Melalui pengelolaan sampah dan urban farming, warga berperan langsung menjaga lingkungan sekaligus memperkuat ketahanan pangan keluarga,” ungkap Rusminto.
Selain berorientasi pada lingkungan, program ini juga mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-12, tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Pertamina menargetkan, inisiatif ini mampu mengurangi volume sampah rumah tangga hingga 20 persen dalam enam bulan dan mengoptimalkan lahan tidak produktif menjadi area tanam keluarga.
Kini, setiap rumah di Kelurahan Kota Negara mulai menata ulang kebiasaannya. Sampah organik tak lagi berakhir di tempat pembuangan, tetapi diolah menjadi sumber kehidupan baru. Dari dapur ke kebun mini, dari limbah menjadi ladang harapan.