KORANRADAR.ID -Sebagai salah satu kota tertua di Indonesia, Palembang punya cerita yang tak lekang oleh waktu. Ibu kota Provinsi Sumatera Selatan ini bahkan diyakini sudah berdiri sejak 688 Masehi, jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pada 17 Juni 2023, Palembang merayakan hari jadinya yang ke-1.340 tahun. Lalu, apa makna di balik nama Palembang? Mari kita telusuri asal-usulnya. Asal-usul Nama: Terinspirasi dari Kondisi Geografis Nama Palembang tidak muncul begitu saja. Ia erat kaitannya dengan kondisi alam kota yang sejak dulu dikelilingi oleh air, baik dari sungai, rawa, maupun curah hujan.Dalam bahasa Melayu, kata Pa atau Pe adalah awalan yang menunjukkan tempat atau keadaan.
Sementara itu, lembang atau lembang berarti tanah rendah atau genangan air.
Jadi, secara harfiah, Palembang dapat dimaknai sebagai "wilayah yang digenangi air". Interpretasi ini diperkuat oleh bahasa Melayu-Palembang, di mana lembang memang merujuk pada air yang menggenang. Inilah alasan mengapa nenek moyang kita menamai kota ini sebagai Pa-lembang, tempat yang dikelilingi air. Bahkan, hingga saat ini, data Statistik 1990 menunjukkan bahwa sekitar 52,24% wilayah Palembang masih tergenang air, menjadikannya jalur transportasi yang vital dan strategis sejak dahulu. Sejarah Awal: Lahirnya Ibu Kota Sriwijaya Julukan Palembang sebagai kota tertua di Indonesia bukan sekadar isapan jempol, melainkan dibuktikan oleh sebuah penemuan bersejarah: Prasasti Kedukan Bukit. Peninggalan ini ditemukan di Bukit Siguntang, Palembang, pada 29 November 1920 oleh C.J. Batenburg.
Prasasti yang bertanggal 16 Juni 682 Masehi ini ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Isinya menceritakan perjalanan Dapunta Hyang, Raja Sriwijaya, yang datang bersama ribuan pasukannya untuk mendirikan wanua atau permukiman. Permukiman inilah yang kelak menjadi cikal bakal pusat Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.
Dari sini, Palembang berkembang menjadi pusat peradaban, perdagangan, dan kekuatan politik terbesar di Asia Tenggara selama berabad-abad. BACA JUGA:Tradisi Mooncake, The Alts Hotel Palembang Tawarkan Lima Varian Rasa BACA JUGA:Davinci Sky Lounge Luminor Hotel Palembang, Tempat Nongkrong hingga Coworking Space Palembang di Mata Dunia Berbagai catatan dari bangsa asing menjadi saksi kejayaan Palembang.
Catatan Tiongkok dari abad ke-14, Chu-Fan-Chi karya Chau Ju-Kua, menggambarkan Sriwijaya sebagai negara maritim yang menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka. Disebutkan pula bahwa pelabuhan Sriwijaya dilindungi oleh rantai besi untuk mencegah perompak, menunjukkan betapa kuatnya pertahanan mereka.
Catatan Arab dan Persia menyamakan Sungai Musi dengan Sungai Tigris, menggambarkan Palembang sebagai kota besar yang ramai.
Catatan Pelaut Tiongkok lain menggambarkan kehidupan unik masyarakat Palembang yang tinggal di atas rakit di sungai, sementara para pemimpin menetap di rumah panggung di daratan. Mereka menyebut Palembang dengan nama Po-lin-fong atau Ku-kang, yang berarti "pelabuhan lama".
Kejayaan ini juga didukung oleh letaknya yang strategis, berada di pertemuan jalur pegunungan Bukit Barisan, dataran rendah, dan pesisir timur laut.
Meskipun Sriwijaya mengalami keruntuhan pada abad ke-12 akibat persaingan dan serangan dari kerajaan lain, warisan peradabannya tetap melekat kuat pada Palembang. Kejayaan ini kemudian dilanjutkan oleh Kesultanan Palembang Darussalam pada masa Islam, yang kembali menjadikan kota ini sebagai pusat politik dan ekonomi yang disegani di Nusantara.
Kategori :