TANGERANG, KORANRADAR.ID – Primaya Hospital Tangerang mencetak sejarah baru di dunia medis Indonesia dengan menggelar Indonesia DEB Conclave 2025, sebuah forum nasional yang fokus pada penggunaan teknologi Drug Eluting Balloon (DEB) sebagai solusi penanganan penyakit jantung koroner tanpa perlu pemasangan ring atau stent.
Dalam forum yang mengusung tema “Navigating Metal-Free Solutions for Multivessel, Diffuse Disease, Bifurcations, CTO and ACS” ini, para ahli jantung membahas pendekatan intervensi terkini yang lebih minim risiko, terutama untuk kondisi jantung yang kompleks. Teknologi DEB sendiri menggunakan balon berlapis obat yang mampu mencegah penyempitan ulang pembuluh darah memberikan alternatif canggih tanpa unsur logam bagi pasien.
Momen istimewa juga tercipta lewat pelaksanaan Live Case DEB pertama di Indonesia**, langsung dari ruang kateterisasi Primaya Hospital Tangerang oleh dr. Rony M Santoso, Sp.JP(K), FIHA, FAPSC, FESC, FSCAI.
# Bukan Semua Pasien Jantung Harus Dipasangi Ring
Dalam presentasinya, dr. Rony menjelaskan bahwa teknologi DEB mulai menjadi pilihan utama dalam prosedur kardiologi intervensi, khususnya untuk pasien yang tidak ideal menjalani pemasangan stent.
“Tidak semua pasien cocok dengan ring. Kita mempertimbangkan pendekatan PALS: Patient, Anatomy, Long Term, dan Simplify untuk memilih terapi yang paling tepat. Bagi pasien dengan risiko tinggi seperti diabetes, gangguan ginjal, atau kecenderungan perdarahan, DEB bisa menjadi pilihan yang lebih aman dan memberikan hasil jangka panjang yang baik,” terang dr. Rony.
Ia menambahkan, untuk kasus seperti pembuluh kecil, percabangan pembuluh (bifurkasi), dan lesi distal atau CTO (Chronic Total Occlusion), DEB terbukti lebih unggul karena meminimalkan komplikasi seperti fraktur stent dan restenosis (penyempitan ulang), sekaligus mempertahankan fungsi alami pembuluh darah.
# Kolaborasi Ilmiah untuk Kemajuan Cardio Technology
Indonesia DEB Conclave 2025 turut dihadiri para pakar kardiologi intervensi terkemuka dari dalam dan luar negeri, termasuk dr. Bambang Budiono dari Primaya Hospital Makassar, dr. Dasdo Antonius Sinaga dari Awal Bros Pekanbaru, dan Prof. Chin Chee Yang dari National Heart Center Singapore.
CEO Primaya Hospital Group, Leona A. Karnali, menyatakan bahwa penyelenggaraan forum ini sejalan dengan misi strategis rumah sakit dalam mendukung inovasi teknologi medis, khususnya teknologi kardiovaskular yang lebih modern dan minimally invasive.
“Kami percaya inovasi harus dibarengi dengan keterbukaan dan kolaborasi. Indonesia DEB Conclave menjadi wadah penting untuk berbagi pengetahuan dan mendorong transformasi layanan kesehatan, khususnya dalam intervensi jantung yang lebih aman dan berkelanjutan. Ini adalah wujud nyata komitmen kami dalam memperkuat kapasitas klinis dan mendorong Indonesia lebih kompetitif dalam lanskap medis regional,” ujar Leona.
# Bukti Komitmen pada Teknologi dan Layanan Kesehatan Modern
Melalui forum ilmiah ini, Primaya Hospital mempertegas posisinya sebagai jaringan rumah sakit yang siap beradaptasi terhadap perkembangan teknologi medis global. Investasi berkelanjutan terhadap teknologi, pelatihan klinis, serta kolaborasi lintas sektor menjadi landasan utama rumah sakit ini dalam memperluas akses terhadap terapi-terapi modern seperti DEB bagi masyarakat Indonesia.
Dengan DEB, pasien jantung kini memiliki lebih banyak pilihan terapi yang tidak hanya efektif, tapi juga lebih aman dan menjaga kualitas hidup. Dan Primaya Hospital, melalui langkah berani ini, memantapkan diri sebagai pelopor transformasi layanan jantung yang lebih personal, canggih, dan tanpa batas.