PALEMBANG, KORANRADAR.ID - Menurut Kepercayaan warga Tionghoa, para Dewa-dewi yang dipimpin oleh Dewa Dapur akan berangkat ke Surga setiap bulan 12 tanggal 24 penanggalan Imlek.
Para Dewa-dewi terutama dewa dapur yang ditugaskan di alam manusia tersebut akan melaporkan segala perbuatan manusia kepada Kaisar Langit. Berdasarkan laporan tersebut, Kaisar Langit kemudian akan menentukan keberuntungan manusia-manusia di bumi ini pada tahun selanjutnya.
“Oleh karena itu, ritual atau sembahyang pengantaran Dewa ini merupakan tradisi yang sangat penting bagi masyarakat Tionghoa sebelum menyambut Tahun Baru Imlek,’ujar Harun Humas Majelis Tridarma Komda Sumsel beberapa waktu lalu.
Pada umumnya, sambung Harun, sembahyang atau ritual pengantaran Dewa Dapur pada bulan 12 tanggal 24 ini dilakukan pada dini hari. Setelah dewa dapur berangkat ke alam Surga, bukan berarti tidak ada dewa yang memantau perbuatan manusia.
“Karena saat Dewa Dapur berada di Surga, masih ada dewa-dewa penggantinya yang akan melaksanakan tugas dewa dapur tersebut hingga Dewa Dapur kembali ke alam manusia,” katanya.
Harun menjelaskan ada istilah yang mengatakan “Mengantar Dewa pada pagi hari, Menjemput Dewa pada malam hari”. Oleh karena itu, biasanya masyarakat Tionghoa akan melakukan sembahyang pengantaran Dewa pada dini hari sebelum mereka tidur.
“Tujuannya adalah agar Dewa Dapur cepat tiba di Surga sehingga mendapatkan tempat yang terbaik untuk memberikan laporan terbaik untuk mereka,” terangnya.
Selain harus mengantar Dewa dapur pada dini hari, ada juga tradisi yang mengatakan “Angin Mengantarkan Dewa, Hujan Menjemput Dewa”.
Istilah ini menyatakan harapan bahwa pada waktu pengantaran dewa diharapkan ada angin yang membantu para Dewa berangkat ke Surga, sedangkan pada hari penjemputan Dewa diharapkan ada Hujan yang membantu para Dewa turun ke Alam Manusia. “Hari Penjemputan Dewa Dapur pada umumnya dilakukan di tanggal 4 bulan 1 penanggalan Imlek,” terangnya.
Pada umumnya masyarakat Tionghoa akan mempersembahkan beberapa makanan pada saat pengantaran Dewa Dapur, terutama makanan yang mengandung rasa Manis seperti Permen, Buah-buahan, sup manis dan Kue manis.
“Selain makanan manis, warga Tionghoa juga mempersembahkan makanan lainnya seperti Daging serta minuman Arak. Dengan adanya makanan yang enak-enak serta mengandung rasa manis ini, diharapkan Dewa Dapur dapat melapor segala sesuatu yang baik saja sedangkan laporan tentang hal-hal dapat diminimalisasikan,”jelasnya.
Pada tanggal 24 bulan 1 penanggalan Imlek ini, setelah Dewa Dapur berangkat ke Surga, umumnya masyarakat Tiongkoa akan membersihkan dan mempercantik isi rumah. Kegiatan ini biasanya disebut dengan Qing Chen atau pembersihan debu. Pada umumnya, pembersihan debu ini juga termasuk membersihkan altar dewa dapur sehingga harus dilakukan pada saat Dewa Dapur berangkat ke Surga. Hal ini untuk menghormati Dewa Dapur, karena membersihkan Altar dan Patung/Gambar Dewa Dapur pada saat Dewa Dapur masih berada di alam manusia merupakan hal yang tidak baik dan kurang menghormati Dewa Dapur.
Dengan adanya kegiatan Pembersihan Debu ini, diharapkan semua ketidakberuntungan dapat disapu bersih sehingga Tahun depan akan lebih baik dari Tahun sekarang ini. Ada pantangan bahwa jika ada anggota keluarga yang meninggal dunia, keluarga tersebut tidak diperbolehkan untuk melakukan Sembahyang Pengantaran Dewa dan juga tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan Pembersihan Debu. (sep)