JAKARTA, KORANRADAR.ID Suatu saat ketika sedang mendiskusikan tentang anak-anak dengan para orang tua murid. Seorang ibu mengeluh, “Saya telah mengupayakan sepenuh hati untuk anak, makanan enak, pakaian bagus, mainan menarik, agar dia puas, namun…hhhhh…”
Ia melanjutkan. “Coba Anda tebak, hari itu dia pulang, lalu apa yang dia tanyakan pada saya? “Ma, ibu guru menyuruh saya menulis karangan yang berjudul bersyukur terhadap ibu, apa yang harus saya tulis?” Pertanyaan itu membuat saya merasa sedih sekali! Bersyukur, kata ini sangat indah, mengandung perasaan umat manusia yang begitu dalam, namun, sekarang ada berapa banyak orang yang bisa benar-benar menghayati kata ‘bersyukur’ ini?
Saya juga bertanya-tanya pada diri sendiri, membenahi pemikiran yang rumit, meraba-raba hati sendiri, melepaskan segala pikiran, membiarkan perasaan bersyukur ini menembus ke seluruh tubuh, terbenam dan menghayati dalam keharuan yang diberikan kehidupan kepada kita.Bersyukur, merupakan jalan Langit yang terkandung dalam alam semesta yang misterius. Berpikir sampai di sini, hati saya mendadak menjadi lapang, menerima alam semesta yang maha luas ke dalam dada.
Alam semesta yang maha luas ini sangat misterius, ilmu pengetahuan modern juga tidak bisa mengungkap rahasia kemisteriusan alam semesta. Menonton film fiksi ilmiah yang mengungkap peredaran gugusan bintang didalam alam semesta, bumi hanyalah sebutir titik terang diantara bintang-bintang itu, bagai sebutir mutiara, manusia hidup berada di dalamnya.
Bumi berputar sendiri terjadilah pergantian siang dan malam. Rotasi bumi membawakan empat musim bagi umat manusia. Di dalam alam semesta bumi mematuhi garis edar jalan Langit, gugusan bintang-bintang dalam alam semesta yang maha luas ini harmonis dan teratur.
Saya bersyukur terhadap jalan Langit dalam badan langit alam semesta serta kekuatan misteri yang diberikan kepada umat manusia sebagai katalisator keselamatan keberadaan manusia. Perasaan bersyukur telah menyentuh saya menyelidiki arti sesungguhnya dari kehidupan ini.
Saya bersyukur kepada kampung halaman bersama umat manusia, yakni Bumi yang telah memberikan kita persediaan kehidupan. Bumi diatur memiliki atmosfir, ekosistem dan rantai makanan, kita umat manusia bisa hidup di sini.
Lembah gunung dan sungai di bumi, melahirkan peradaban manusia. Segala kehidupan yang berada di atas bumi, dibesarkan dari generasi ke generasi, memakmurkan budaya, bersyukur kepada bumi yang telah memberi ruang kehidupan bagi kita.
Ketika menghadapi perusakan bumi oleh manusia serta bencana ekologi, polusi udara, racun di sungai, kekurangan atau kehabisan sumber daya, situasi bahaya dari hewan dan tumbuhan…, kondisi bumi yang sekarang terbebani 7 miliar manusia, serta sedang mengalami lingkaran setan, hati saya bergetar.
Dengan menggunakan hati bersyukur, kita baru bisa mendengarkan rintihan kesengsaraan bumi, baru bisa menyayangi kampung halaman bersama ini. Dengan kesadaran sendiri melakukan perlindungan atas bumi, menjadikan tugas dan tanggung jawab untuk menyayangi kampung halaman, baru bisa merealisasikan rasa kasih dan perawatan kita dalam tindakan.
Hati yang bersyukur adalah seluk beluk dari tumbuhnya rasa tanggung jawab.
Bersyukur atas pemberian alam semesta yang mencakup segala vitalitas hidup, keharmonian semua kehidupan, memiliki keindahan dan makna kehidupan masing-masing, membawakan materi berlimpah dan kepuasan serta kenyamanan batin bagi umat manusia.
Ketika sepenuh hati merasakan kesatuan antara langit dan manusia, jalan hukum alamiah, yang terhayati adalah makna mendalam dari keharmonisan hidup yang saling tergantung dari segala sesuatu di dunia fana ini.
Ketika kita mau tidak mau menghadapi realita masyarakat yang kian hari banyak merampas alam, suasana alam yang kita miliki kian hari kian sedikit, membuat kita lebih bersyukur kepada alam yang pernah memberikan kepada kita tanpa pamrih.
Hati yang bersyukur kepada alam, membuat hati saya selalu terendam dalam kepuasan dan kegembiraan. Sayangilah segala sesuatu dari alam dan hayatilah secara wajar, karenanya hidup kita akan lebih menarik.