PALEMBANG, KORANRADAR.ID - Mewakili Danrem 044/Gapo, Dandim 0418/Palembang Kolonel Czi Arief Hidayat M.Han, menghadiri acara Launching 11 Tim Tanggap Computer Security Incident Response Team (CSIRT) Kabupaten/Kota dan 7 Perguruan Tinggi, di Griya Agung Palembang, Jum'at (24/11/2023).
Dihadiri langsung Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) RI Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian, Agus Fatoni (Pj. Gubernur Sumsel), Deputi Keamanan Siber Sandi Pemerintahan dan Pembangunan SDM, Direktur Pemerintahan dan Pembangunan Manusia, Pamen Sahli Bidang Hukum dan Humaniter Kodam II/Swj, Korwil Kota Palembang Binda Sumsel, Kepala LLDIKTI Wilayah II, Ketua Komisi I DPRD Sumsel dan tamu undangan lainnya.
Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian Launching Computer Security Incident Response Team (CSIRT) di Sumsel ini merupakan yang pertama di Indonesia dan sebagai rule model serta akan menjadi modal BSSN RI untuk disampaikan kepada daerah yang lain, bahwa pelayanan di Sumsel telah berbasis elektronik, sehingga saat ini semua pelayanan di daerah harus sudah berbasis elektronik/teknologi.
Lanjutnya, sesuai dengan amanat Presiden RI, bahwa kita harus siaga menghadapi ancaman kejahatan siber termasuk kejahatan penyalahgunaan data, karena data adalah jenis kekayaan baru bangsa kita dan kini data lebih berharga dari minyak. Dalam bidang pertahanan keamanan, kita juga harus tanggap dan siap menghadapi perang siber.” Ujarnya.
"Tiga hal yang menjadi fokus untuk mendorong transformasi digital untuk mempercepat pemulihan global, yaitu, kesetaraan akses digital, literasi digital, dan lingkungan digital yang aman. Kebocoran data akibat kejahatan siber berpotensi menimbulkan kerugian hingga triliun dolar AS pada tahun 2024," jelasnya.
Semantara itu, PJ Gubenur Sumsel Agus Fatoni menyampaikan, pengamanan teknologi sangat diperlukan untuk melindungi data dan informasi dari segala macam ancaman yang akan menimbulkan kerugian. Semakin canggih Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dimanfaatkan, maka efektifitas dan efisien penyelesaian tugas akan semakin meningkat.
Namun hal ini juga menimbulkan potensi kehilangan atas kebocoran pada informasi dan data yang dikelola. "Kebocoran data yang selama ini kerap terjadi, dipicu oleh beberapa hal yang sebenarnya disebabkan oleh hal-hal yang bersifat non teknis. Ketidaktahuan pengguna teknologi, kecerobohan individu, dan ketidakpedulian merupakan beberapa contoh celah yang kerap digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab," ujarnya.
Agus Fatoni menambahkan, saya berharap, dengan terbentuknya CSIRT ini, pemerintah dapat lebih meningkatkan layanan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) di daerah/instansinya masing-masing, juga untuk meningkatkan kesadaran (aweareness) pengguna teknologi informasi dan komunikasi akan pentingnya keamanan informasi.
"Selanjutnya, saya juga berharap kita nantinya dapat saling bersinergi dalam penanggulangan dan pemulihan insiden siber bersama dengan Tim CSIRT yang telah dibentuk," harapnya. (mun)