PALEMBANG, KORANRADAR.ID - Populasi ikan lokal di Sumatera Selatan terus menghadapi ancaman kepunahan yang serius akibat degradasi habitat, penangkapan berlebihan, serta perubahan iklim.
Menyadari urgensi ini, berbagai pemangku kepentingan meliputi pemerintah, akademisi, dunia usaha, serta komunitas masyarakat sudah semestinya mengambil langkah preventif yang strategis, guna menjaga keberlanjutan populasi ikan lokal dan sekaligus mendukung keberlangsungan mata pencaharian masyarakat yang bergantung pada perairan lokal.
Pasca penetapan ikan Belida (Chitala Lopis) sebagai spesies langka yang statusnya dilindungi penuh berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan & Perikanan (Kepmen KKP) Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Jenis Ikan yang Dilindungi.
Ditambah International Union for Conservation of Nature (IUCN) yang mengkategorikan spesies Chitala Lopis berada dalam status Extinct (punah) dalam lamannya https://www.iucnredlist.org/species/, semakin mendorong riset dan konservasi ikan bernilai ekonomis tinggi ini agar menjadi prioritas perlindungan pemerintah.
Hal inilah yang menarik perhatian PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit III Plaju untuk turut peduli agar ikan ini tak punah dan bisa kembali berenang bebas di habitatnya.
Selain menggandeng Badan Riset & Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat (PRKSDLPD), upaya untuk menyelamatkan spesies ikan lokal sebagai bagian dari keanekaragaman hayati (Biodiversity) terus dilebarkan dengan memberdayakan Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Barokah dan Pokdakan Tunas Makmur yang berkedudukan di Dusun Srinanti, Desa Sungai Gerong, Kecamatan Banyuasin I, Kabupaten Banyuasin.
Adapun dukungan yang diberikan berupa pelatihan pembuatan pakan hingga fasilitasi infrastruktur. Pokdakan Barokah sendiri didirikan sejak tahun 2018, dan didorong sejak 2022 melalui Program Belida Musi Lestari. Awalnya, Pokdakan ini cuma berfokus pada budidaya lele, dan beranggotakan 10 orang. Kemudian, menyusul pada 2024, Kilang Pertamina Plaju turut mendorong didirikannya Pokdakan Tunas Makmur beranggotakan 12 orang.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Banyuasin Dr. Ir. Septi Fitri, M.M. turut mengapresiasi partisipasi Kilang Pertamina Plaju dalam upaya mendukung berkembangnya sektor perikanan di Banyuasin.
Selain itu, nelayan juga dilarang menggunakan jaring insan yang terdiri atas perangkap ikan peloncat; dan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, racun, listrik, alat dan/atau cara yang dapat membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan lingkungan, atau bangunan yang dapat merugikan dan membahayakan kelestarian lingkungan.
“Iya, kalau ikan belida sekarang kan sudah kita larang, dan sudah ada aturannya tidak boleh diperjualbelikan. Nah, mudah-mudahan nanti ke depan kalau program yang diinisiasi oleh Pertamina ini nantinya berhasil, mungkin nanti bisa diturunkan status kelangkaannya dan bisa kita kembali manfaatkan kalau sudah tidak dilarang,” kata Septi.
Sementara itu, Area Manager Communication, Relations & CSR RU III PT Kilang Pertamina Internasional, Siti Rachmi Indahsari mengatakan, pihaknya aktif mendukung upaya pelestarian keanekaragaman hayati (biodiversitas) di Sumatera Selatan.
Perusahaan pengolahan migas & petrokimia ini beroperasi di tepian Sungai Musi, yang juga merupakan habitat alami ikan lokal Sumsel seperti Putak dan Belida (Chitala Hypselonotus) yang merupakan ikon Kota Palembang menjadi maskot Sumatera Selatan, melalui program "Belida Musi Lestari."
Program ini bertujuan untuk memastikan kelestarian ikan belida serta ikan-ikan lain di Sumsel, yang memiliki nilai ekologis dan budaya tinggi bagi masyarakat Sumatera Selatan. Pelestarian sumber daya perikanan ini penting untuk ekosistem dan ekonomi lokal," ujar Rachmi. (mun)