Bank Sumsel Babel Dorong Pemasaran Madu Pelawan Hasil UMKM di Bangka Belitung

Bank Sumsel Babel terus menunjukkan komitmen dalam mendukung kemajuan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Salah satunya Madu Pelawan, produk yang dihasilkan kelompok warga di Desa Namang, Kabupaten Bangka Tengah. --

PALEMBANG, KORANRADAR.ID  - Bank Sumsel Babel terus menunjukkan komitmen dalam mendukung kemajuan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Salah satunya Madu Pelawan, produk yang dihasilkan kelompok warga di Desa Namang, Kabupaten Bangka Tengah.

 

Dukungan yang diberikan Bank Sumsel Babel tidak hanya permodalan, melainkan juga pendampingan, packaging, hingga membantu para pelaku UMKM untuk memasarkan produknya.

Hal itu disampaikan Muhammad Zaiwan, selaku Kepala Desa Namang, Kecamatan Namang, Kabupaten Bangka Tengah. Menurutnya, banyak dukungan yang diberikan Bank Sumsel Babel hingga sampai produk Madu Pelawan saat ini tersebar ke 28 provinsi di Indonesia.

"Dulu warga kami ini tidak tertarik untuk mencari madu di Hutan Pelawan, dan lebih memilih menambang timah," katanya.

Apalagi ada kepecayaan di masyarakat, jika lahan itu banyak ditumbuhi Pohon Pelawan, maka tanah di bawahnya banyak mengandung timah.

"Saat itu warga berpendapat lebih mudah menjual timah dari pada madu," lanjutnya.

Sementara area Hutan Pelawan seluar 300 hektare di Desa Namang sendiri merupakan warisan dari nenek moyang yang tentunya harus dilestarikan. Meski pun status lahannya pada saat itu adalah 

APL (Areal Penggunaan Lain) yang boleh di jual, ditambang, dan tidak bersentuhan dengan hukum.

"Saya pun berinisiatif membuat Perdes (peraturan desa) melarang aktivitas tambang di area Hutan Pelawan untuk menjaga kelestarian alam," katanya.

Sebagai gantinya, mengajak kelompok warga untuk memanfaatkan potensi madu yang ada di hutan tersebut sebagai sumber penghasilan. Salah satunya madu pahit, yang tidak ditemui di daerah lainnya di Indonesia.

"Meski awalnya mendapat banyak keluhan dari warga tapi Alhamdulillah, secara perlahan mereka mengeti dan mulai memilih menjual madu," ucapnya.

Tantangan yang dihadapi tidak hanya sampai disitu, pengemasan dan pemasaran juga menjadi masalah baru lainnya. Mula-mula warga menggunakan botol bekas sirop untuk menjual madu, tapi karena tampilannya kurang menarik jadi sulit untuk menjualkannya.

"Apalagi belum banyak warga yang cakap teknologi untuk mempromosikan produk madu ini," kata Zaiwan.

Sampai dengan akhirnya masalah itu terpecahkan berkat Pemda dan Bank Sumsel Babel yang memberikan pendampingan kepada para pelaku UMKM madu di Desa Namang. 

Bank Sumsel Babel dan Pemda juga sering memperkenalkan produk madu Pelawan di event-event yang diadakan di sejumlah daerah. Selain itu, warga juga mendapatkan pendampingan untuk packaging sehingga lebih menarik dan mudah dipasarkan.

"Alhamdulillah semua itu sangat membantu warga Desa Namang, mayoritas warga saat ini lebih memilih menjual madu dan mengolah sawah daripada menambang timah," sambungnya.

Tak hanya itu, Bank Sumsel Babel juga kerap memberikan bantuan berupa bibit pohon sehingga dapat melestarikan Hutan Pelawan maupun area di sekitarnya yang tentunya akan bermanfaat untuk masyarakat.

"Jadi kan jika semakin banyak pohon yang berbunga maka akan memudahkan lebah mencari makanan. Tentunya akan berdampak baik pada jumlah madu yang dihasilkan serta lingkungan," tutupnya. (mun)

 

Tag
Share