Kisah Semangkok Bakmi

Kisah masyarakat tionghoa--

PALEMBANG, KORANRADAR.ID - SUATU ketika, seorang anak bertengkar dengan ibunya, kemudian kabur dari rumah. Saat berjalan tanpa tujuan, si anak mendapati sebuah kios makanan yang jual bakmi. Namun dia baru sadar, kalau dia sama sekali tidak membawa uang. Saat itu dia tengah lapar sekali. Rasanya segera ingin memakan semangkok bakmi.

Pemilik kios bakmi melihat anak itu berdiri cukup lama di depan kiosnya, lalu bertanya, “Nak, apakah kamu ingin memesan bakmi?”

“Ya, tapi aku tidak punya uang,”  jawab anak itu dengan malu-malu.

“Tidak Apa-apa, aku akan memberimu semangkok gratis”.

Si anak pun senang. Tidak berselang lama, semangkok bakmi datang. Anak itu segera memakannya dengan lahap. Namun tak berselang lama, air mata harunya mulai berlinang.

“Ada apa nak?” tanya pemilik kios.

“Tidak apa-apa, aku hanya terharu karena seseorang yang baru ku kenal langsung memberiku semangkuk bakmi, sedangkan ibuku telah mengusirku dari rumah. Bapak baru kukenal, tapi begitu peduli padaku.

Pemilik kios itupun berkata, “Nak, mengapa kau berpikir begitu? Coba renungkan hal ini, Aku hanya memberimu semangkok bakmi, dan kau begitu terharu,

Sedangkan ibumu telah memasak makananmu setiap hari hingga kau dewasa. Harusnya kamu berterima kasih kepadanya.

Anak itu pun kaget. Raut mukanya tersipu malu mendengar hal tersebut.

Mengapa untuk semangkok bakmi dari orang yang baru ku kenal, aku begitu berterima kasih. Tapi terhadap ibuku yang memasak untukku selama bertahun- tahun, aku tak pernah berterima kasih.

Setelah menyelesaikan makannya dan berterima kasih kepada si pemilik kios, anak itu segera bergegas pulang.

Sesampainya di depan pintu rumah, dia melihat ibunya terduduk dengan wajah cemas.

Ketika melihat anaknya, kalimat pertama yang keluar dari mulut ibunya adalah, “Nak, kau sudah pulang nak! Cepat masuk, ibu sudah menyiapkan makan malam.”

Mendengar hal itu, si anak tidak dapat menahan tangisnya, dan menangis di hadapan ibunya.

Sahabatku, kadang karena satu kesalahan, membuat kita begitu mudah melupakan kebaikan yang telah kita terima setiap hari.

Satu kali, kita mungkin akan sangat berterima kasih untuk satu pertolongan kecil yang kita terima dari orang lain.

Namun kita sering tidak sadar dan lupa berterima kasih, akan kebaikan-kebaikan dari yang kita terima dari orang-orang yang sangat dekat dengan kita,  orang tua kita, suami/istri kita, pembantu rumah tangga kita, dan lainnya. (tio)

 

 

 

 

Tag
Share