HA Ramli Sutanegara SH MSi, Pelopor Kapal Cepat Palembang-Bangka 1990
Ramli Sutanegara--
“Saya pernah diajak ke Bappenas untuk merumuskan prospek Pambangunan Bangka Belitung pasca tambang timah. Sebab, saat itu harga lada anjlok. Lalu saya mengusulkan mengganti komoditas lada menjadi perkebunan kelapa sawit dalam bentuk inti dan plasma, karena bisa menyerap ribuan tenaga kerja sekaligus mengatasi pengangguran,” ungkap Ramli.
Ia melanjutkan, diusulkannya hal tersebut berdasarkan pengalamannya pada PT Gunung Mas Maras Lestari, PT Gunung Mas Binas Lestari, dan PT Tata Hamparan.
Dibukanya perkebunan sawit, sambung Ramli, bisa mendatangkan investor asalkan perizinan bagi investor tersebut dipermudah. “Usul saya ini dicatat oleh Bappenas untuk dirumuskan dalam program pembangunan nasional (Propenas),” katanya.
Feeling Ramli tidak hanya sebatas itu, setelah mencermati bahwa pulau Bangka masih ada peluang bisnis menjanjikan dan dalam usahanya membantu pemerintah untuk memperlancar pendistribusian BBM, Ramli bersama teman-temannya merintis untuk membuka usaha di bidang stasiun pengisian bahan bakar umum. (SPBU). “Hingga saat ini saya sudah mendirikan empat unit SPBU di Jebus, Simpang Teritip, Pangkal Pinang dan Pangkalan Balai,” ungkapnya.
Lalu Ramli juga mengembangkan budidaya tanaman jahe kualitas ekspor di Muara Enim dengan membuka PT Mika Internasional. “Di bidang ini saya bekerjasama dengan investor dan ahli Singapura,” terangnya
Selain aktif sebagai politikus dan pengusaha, Ramli juga dikenal sebagai akademisi. Ini dibuktikannya dengan berkecimpung di bidang pendidikan dengan menjadi Ketua BPH di Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Palembang, Koordinator Senat STIKEN dan Universitas Suropati dan pengurus di Yayasan Perguruan Tinggi Bangka (Yapertiba).
Tularkan Ilmu
Kepiawaiannya di bidang bisnis tidak lantas membuatnya menjauh dari organisasi yang telah lama dibinanya, bahkan Ramli ingin “menularkan” kemampuannya tersebut agar dapat meningkatkan ekonomi masyarakat kecil melalui program-program ekonomi kerakyatan PDK Kosgoro Sumatera Selatan.
Tercatat hampir 4.000 pedagang kecil yang tersebar di berbagai pasar-pasar dalam Kota Palembang dihimpunnya dalam wadah Pedagang Kecil Kosgoro. “Sistem pembinaan yang saya lakukan dengan menata lokasi pedagang bekerjasama dengan Dinas Pasar dan pemerintah kecamatan,” terang ayah lima anak ini
Untuk menggalang permodalan, maka didirikanlah Koperasi Duta Sarana dengan tujuan untuk menghimpun dan mengembangkan potensi pedagang kecil melalui pinjaman bergulir kepada para anggota. “Pada era Walikota Drs Dahlan HY, Pemkot Palembang memberikan prioritas kepada pedagang kecil binaan Kosgoro untuk memiliki petak di Pasar 16 Ilir yang berkoordinasi dengan Dinas Pasar,” paparnya.
Tahun 2005, Walikota Palembang kala itu Ir H Eddy Santana Putra MT menghubunginya yang mengatakan pedagang di Pasar 16 Ilir akan dipindahkan ke Jakabaring. “Saya menyambut baik program Pemerintah Kota Palembang tersebut asalkan para pedagang kecil mendapatkan tempat usaha pada lokasi yang baru tersebut,” beber pria yang dikenal memiliki jiwa sosial tinggi ini.