Arsyad Matondang, Anak Medan yang Sukses Jalankan Citipark

M. Arsyad Matondang, pemilik Citipark.--

PALEMBANG, KORANRADAR.ID – Kalau mau maju, kerjakan apa yang disukai. Ini kunci sukses M. Arsyad Matondang, pemilik Citipark dalam menjalankan usaha penangkar bibit tanaman buah dan tanaman hias terbesar di Kota Palembang.

Terlahir dari keluarga petani di Medan, Arsyad sudah diperkenalkan dengan dunia pembibitan sejak duduk di bangku kelas III Sekolah Dasar.

Beranjak dewasa,  ia semakin memiliki ketertarikan terhadap dunia budidaya tanaman dan memutuskan untuk memilih kuliah di Universitas Islam Sumatera Utara Fakultas Pertanian Jurusan Agronomi.

Selesai kuliah, pria kelahiran Medan, 13 November 1981 ini memutuskan untuk bergabung di perusahaan Musim Mas Group di Medan pada tahun 2006 - 2009.

Setelah memutuskan keluar dari Musim Mas Group, ia berkenalan dengan seorang  warga negara Korea dan menjalin kerja sama untuk menggarap lahan seluas 500 hektar yang berlokasi di Palembang.

“Sampailah saya di Palembang pada tahun 2014. Di luar dugaan, setelah ditanam sekitar 300 hektar, eh lahan tersebut bermasalah, direbut masyarakat. Di situlah saya ikut terpuruk, saya hancur secara ekonomi,” tuturnya saat dibincangi, Senin 19 Februari 2024.

Arsyad memilih untuk tetap bertahan di kota pempek ini dan mempelajari keadaan lingkungan di Palembang dan beberapa kabupaten di Sumsel.

“Hasil survei, ternyata orang di sini lahannya luas-luas secara pribadi, mereka juga banyak tidak mengerti bagaimana bercocok tanam dengan baik dan mengoptimalkan produksi lahan, atau bagaimana memangkas cost sehingga lahan bisa produktif,” ujarnya.

Setelah menemukan titik celah untuk mengembangkan bisnis, Arsyad pun memutuskan bangkit dan memulai lagi dari nol.

“Saya punya utang ratusan juta, 4 mobil dan alat berat terjual, benar-benar terbenam. Tapi saya tidak mau menyerah, saya putuskan bangkit lagi di rantau orang,” terangnya.

Diawali dengan pembelian jet cooled senilai Rp700 ribu yang diubah menjadi becak, ia mulai berkeliling untuk berburu bibit mangga.

“Setelah beberapa bulan, mangga itu berbuah. Tak beberapa lama, datang kawan orang Chinese dan langsung borong mangga, akhirnya saya dapat modal kerja,” jelasnya.

Kerap berkeliling dan bertemu banyak orang-orang yang berprofesi tukang bibit, akhirnya ia pun memahami hampir sebagian dari mereka kurang memahami secara detail jenis-jenis tanaman buah yang ada.

“Mereka kurang tau ini mangga jenis apa, ini rambutan apa, mereka tidak tau, beda sama saya yang sudah dari kecil diperkenalkan dengan berbagai jenis tanaman, mulai dari daun, karakter, dan lainnya,” ungkapnya.

Tag
Share