Ini Lho Makna dan Sejarah Kue Keranjang, yang Identik dengan Imlek

Kue Keranjang yang biasanya mudah dicari saat perayaan Imlek.--

PALEMBANG, KORANRADAR.ID - Kue Keranjang identik dengan Hari Raya Imlek sebab jelang Imlek biasanya kue keranjang mudah dicari. Tahun ini, Imlek jatuh pada 10 Februari 2024 dan menurut kalender Tionghoa, merupakan tahun Naga Kayu.

Makanan khas Imlek yang satu ini memiliki nama Mandarin, yaitu Nian Gao atau dalam dialek Hokkian disebut Ti Kwe.

"Nama kue keranjang juga diberikan karena proses pembuatan kue ini menggunakan keranjang sebagai wadahnya," ucapnya.

Kue keranjang menjadi salah satu makanan khas Imlek yang sangat populer di Indonesia. Kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula ini memiliki tekstur yang lengket dan rasa yang manis. Penyajiannya pun dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Selain untuk dikonsumsi, kue keranjang juga digunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur, tujuh hari menjelang Imlek, dan malam menjelang Imlek. Lantas bagaimana dengan sejarah dan makna dari kue keranjang? Menurut Tjik Harun SE SH MH, ketua Walubi Sumsel, ada banyak kisah mengenai asal-usul kue keranjang. Salah satu yang paling populer adalah legenda tentang raksasa bernama Nian. “Raksasa ini menghuni gua di atas gunung di daratan Cina,” katanya.

Nina selalu muncul ke rumah penduduk di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak, hingga penduduk agar dirinya tidak kelaparan. Tentu, hal ini membuat penduduk ketakutan.

Suatu hari, seorang pemuda bernama Gao memiliki ide untuk membuat kue dari adonan tepung dan gula. Lalu, Gao meletakkan kue tersebut di depan pintu. Hal ini bertujuan agar sang raksasa tidak memakan hasil panen, ternak, dan manusia. “Untuk mengenang jasa Gao, maka kue keranjang dinamakan Nian Gao,” ujarnya.

Di sisi lain, sejarah kue keranjang juga berkaitan dengan dewa Tungku. Pada awalnya kue keranjang ditujukan sebagai hidangan untuk dewa Tungku (Cau Kun Kong) agar membawa laporan yang menyenangkan kepada raja Surga (Giok Hong Siang Te).

Untuk Makna kue keranjang, sambung Harun, Tahun baru Imlek menjadi salah satu momen untuk berkumpul bersama keluarga bagi orang keturunan Tionghoa. “Di sisi lain, bentuk kue keranjang yang melingkar tanpa sudut, melambangkan kekeluargaan yang rukun dan bersatu tiada batas,” ujarnya.

Kemudian, tektur kue keranjang yang kenyal melambangkan kegigihan, daya juang, serta pantang menyerah. Lalu, ketahanan kue keranjang yang lama juga melambangkan kesetiaan. “Sehingga diharapkan seseorang tidak mudah menyerah dan setia dalam hidupnya,” katanya.

Kue keranjang kerap kali disusun secara bertingkat dan semakin kecil ke atas, hal ini diharapkan rezeki yang selalu lancar dan meningkat. “Pada zaman dahulu, banyak dan tingginya kue keranjang menandakan kemakmuran pemiliknya,” terangnya.

Lalu proses pembuatan kue keranjang yang memakan waktu hingga seharian juga melambangkan sebuah kesabaran dan keteguhan. “Hal ini diharapkan seseorang akan melakukan sesuatu dengan sabar dan teguh untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidup,” terangnya.

Tak hanya prosesnya, rasa dari kue keranjang juga memiliki nilai filosofi tersendiri. “Teksturnya yang lengket melambangkan persaudaraan yang erat, serta rasa manisnya merupakan simbol dari kebahagiaan,” jelasnya. (sep)

Tag
Share