Benteng Kuto Besak Terancam! SMB IV Pimpin Aksi Jalan Kaki Tolak Pembangunan RS di Jantung BKB

Jumat (12/12/2025) menjadi hari bersejarah ketika Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV RM Fauwaz Diradja, SH, MKn, memimpin langsung Aksi 12.12 Penyelamatan Benteng Kuto Besak (BKB).--

PALEMBANG, KORAN RADAR. ID - Jumat (12/12/2025) menjadi hari bersejarah ketika Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV RM Fauwaz Diradja, SH, MKn, memimpin langsung Aksi 12.12 Penyelamatan Benteng Kuto Besak (BKB). Di bawah langit mendung kota Palembang, Sang Sultan berjalan kaki bersama rakyatnya, menegaskan penolakan terhadap rencana pembangunan gedung 7 lantai pengembangan RS dr AK Gani di kawasan inti cagar budaya tersebut.

Aksi damai ini merupakan bentuk perjuangan nyata SMB IV sebagai penjaga terakhir marwah Keraton Kuto Besak. Melangkah dari pelataran Air Mancur Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo hingga ke Kantor Gubernur Sumsel, Sultan Palembang ini menunjukkan kepemimpinan yang menyatu dengan rakyat, tanpa sekat dan tanpa protokoler kebesaran.

Makna di Balik Langkah Kaki Sultan Palembang

Jarak yang ditempuh Sang Sultan tidaklah pendek, sekitar 2,5 hingga 3 kilometer. Namun, setiap langkah yang dipimpin oleh Sultan Mahmud Badaruddin IV ini menjadi penanda bahwa perjuangan menjaga warisan leluhur, khususnya Benteng Kuto Besak, adalah tanggung jawab yang tidak bisa diwakilkan.
Mengenakan busana adat Melayu Palembang berwarna hitam dan tanjak, penampilan SMB IV tidak hanya menampilkan identitas Kesultanan, tetapi juga pesan ketegasan. Kehadiran fisik Sultan Palembang di jalanan kota, berjalan kaki demi menyelamatkan satu-satunya Kraton peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam yang masih utuh berdiri (Kraton Kuto Besak), merupakan pemandangan langka yang sarat makna sejarah dan budaya.`  

BACA JUGA:Zuriyat KPD:Pembangunan RS AK Gani di Kawasan BKB Bentuk Pengkhianatan Sejarah                                                                                                                 
Filosofi Kepemimpinan: Langkah kaki SMB IV seolah menghidupkan kembali filosofi kepemimpinan Melayu: "Raja adalah payung rakyat, dan rakyat adalah tanah tempat raja berpijak."Penolakan Tegas SMB IV terhadap Pembangunan Gedung di Zona Inti BKB
Sikap Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV sangat jelas dan tak terbantahkan: menolak pembangunan gedung 7 lantai untuk pengembangan RS dr AK Gani yang berada di kawasan inti Benteng Kuto Besak.
“Benteng Kuto Besak adalah warisan sejarah Kesultanan Palembang Darussalam. Ini bukan ruang bisnis, bukan pula kawasan yang bisa dibangun tanpa pertimbangan sejarah dan budaya,” kata SMB IV dengan lantang.
Ia menyayangkan pembangunan tersebut dilakukan tanpa koordinasi yang memadai dengan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) dan pihak yang berkompeten.
“Saya dan seluruh zuriat Kesultanan Palembang Darussalam serta masyarakat Palembang meminta pembangunan gedung 7 lantai itu tidak dilanjutkan,” tegasnya. Lebih lanjut, Sultan mendesak pemerintah agar BKB dibuka dan difungsikan sebagai kawasan cagar budaya yang hidup, sebagai ruang edukasi, budaya, dan identitas bagi masyarakat.

Tuntutan dan Dukungan dari Budayawan Palembang

Koordinator aksi, RM Genta Laksana, menyampaikan beberapa tuntutan utama kepada Gubernur Sumsel dan Kodam II Sriwijaya: Hentikan bangunan 6/7 lantai untuk pengembangan RS AK Gani di zona inti kawasan Cagar Budaya BKB. Selamatkan BKB dari potensi ancaman perusakan struktur dan bangunannya. Revitalisasi dan fungsikan BKB sebagai cagar budaya yang membawa manfaat untuk identitas Kesultanan Palembang Darussalam, edukasi sejarah, dan kepariwisataan.

Sediakan lahan lain bagi TNI untuk relokasi RS AK Gani.
Budayawan Palembang, Vebri Al Lintani, menyoroti bahwa pembangunan ini telah melanggar Undang-Undang Cagar Budaya. Ia menekankan fakta bahwa Benteng Kuto Besak adalah satu-satunya benteng di nusantara yang didirikan oleh pribumi, yaitu Sultan Muhammad Bahauddin pada tahun 1780.
Sementara itu, Dr. Kemas A.R. Panji mengusulkan sinergi antara Kodam II Sriwijaya, Pemkot Palembang, dan Pemprov Sumsel untuk pengembangan pariwisata di BKB agar masyarakat bisa mengakses kawasan tersebut.

Tanggapan Pemerintah Daerah

Plt. Kepala Dinas Kebudayaan & Pariwisata Sumatera Selatan, Panji Tjahjanto, S.Hut., M.Si., mengapresiasi aksi damai ini dan menegaskan bahwa aspirasi akan diteruskan kepada Gubernur Sumsel.
Ia juga mengklarifikasi mengenai isu anggaran: "Kami tegaskan belum ada dana BKBK (Bantuan Keuangan Bersifat Khusus) dalam renovasi RS AK Gani. Kami akan kawal semua, terutama penganggaran untuk penyediaan lahan relokasi RS AK Gani akan kami sampaikan ke Bapak Gubernur."
Masagus Alharis, Kabid Pembangunan dan Lingkungan PU Perkimtan Provinsi Sumsel, juga menambahkan bahwa usulan dana hibah untuk pembangunan rumah sakit tersebut masih dalam pembahasan dan verifikasi.
Aksi ini adalah pesan moral dan sejarah: bahwa warisan leluhur seperti Benteng Kuto Besak harus dijaga dengan keberanian dan keteladanan. Palembang hari itu menyaksikan seorang Sultan berjalan kaki untuk menjaga kehormatan sejarahnya, sebuah pemandangan yang akan dikenang sebagai bagian dari perjalanan panjang Penyelamatan Benteng Kuto Besak. (sep)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan