PALEMBANG, KORANRADAR.ID - Getaran spiritual terasa begitu kuat di Kelenteng Naga Sakti, milik marga Ong, di Jalan Dr. M. Isa, Palembang. Jumat, 4 September 2025, menjadi saksi bisu dilaksanakannya Sembahyang Cit Gwee Pua, sebuah ritual sakral yang dikenal sebagai Sembahyang Ulambana atau sembahyang leluhur. Acara tahunan ini bukan sekadar tradisi, melainkan wujud nyata bakti yang menghangatkan hati, menarik ribuan umat untuk memanjatkan doa bagi arwah para leluhur.
Keramaian umat tak terbendung, memenuhi setiap sudut kelenteng, menunjukkan betapa besarnya antusiasme mereka untuk mengikuti ritual yang penuh makna ini. Mereka datang dengan satu tujuan: mengirimkan doa tulus agar para leluhur mendapatkan ketenangan abadi.
Menurut Ketua Muda Mudi Kelenteng Marga Ong, Hermansyah, acara ini menjadi puncak dari rangkaian peribadatan yang dimulai sejak pukul 10.00 WIB hingga 13.00 WIB. "Setelah ritual khusyuk ini, kami menutupnya dengan jamuan makan sederhana, sebuah momen kebersamaan yang mempererat ikatan," ujar Hermansyah, yang didampingi oleh Seman selaku Wakil Ketua, Junaidi selaku Sekretaris, dan Joni sebagai Penasihat.

Menguak Sejarah Penuh Inspirasi di Balik Hari Ulambana
Hermansyah dengan penuh semangat menceritakan kisah yang melatarbelakangi perayaan ini, sebuah sejarah yang berasal dari Bulan Hantu Lapar (bulan 7 penanggalan lunar). Cerita berawal dari seorang murid Buddha Gautama yang berjuang mati-matian menolong ibunya di alam rendah, namun usahanya selalu gagal.
Dalam keputusasaan, sang murid meminta petunjuk kepada Buddha Gautama. Jawaban sang guru begitu mendalam: bakti seorang anak saja tidak cukup. Dibutuhkan berderma kepada Sangha (komunitas biksu) untuk membuka jalan bagi orang tua, leluhur, dan kerabat yang telah meninggal agar dapat terangkat ke alam yang lebih baik.
"Kisah ini mengajarkan kita bahwa berderma kepada Sangha adalah kunci untuk membantu para leluhur kita. Praktik suci inilah yang terus kami lestarikan, sebuah bentuk penghormatan dan bakti yang tak lekang oleh waktu," tegas Hermansyah. Ritual ini tidak hanya merayakan masa lalu, tetapi juga memperkuat ikatan spiritual antara generasi yang masih hidup dan mereka yang telah tiada.