Tinggalkan Harta Rp79 T, Putra Orang Terkaya di Malaysia Putuskan Jadi Biksu

Biksu Buddha Yang Mulia Ven Ajahn Siripanyo --
KORANRADAR. ID - Kekayaan tak selalu menjadi tujuan hidup bagi semua orang. Salah satu buktinya adalah perjalanan hidup Biksu Buddha Yang Mulia Ven Ajahn Siripanyo dengan memilih meninggalkan kemewahan demi menjalani hidup sederhana sebagai pemuka agama Buddha.
Berdasarkan laporan South China Morning Post (SCMP) yang ditulis Economic Times, diketahui merupakan putra tunggal Ananda Krishnan, miliarder asal Malaysia.
Krishnan merupakan salah satu orang terkaya di Malaysia, yang memiliki kerajaan bisnis senilai US$ 5 miliar atau Rp 79 triliun yang mencakup telekomunikasi, satelit, minyak, real estat, dan media.
Ibu Siripanyo, Momwajarongse Suprinda Chakraban, merupakan keturunan keluarga kerajaan Thailand. Ini juga akhirnya memberinya ikatan dengan kekayaan dan kebangsawanan.
BACA JUGA:KBI Sumsel dan PBS Rayakan Waisak Bersama 2025
Ajahn Siripanyo membuat keputusan untuk menjadi biksu pada usia 18 tahun. Langkah ini, meskipun tidak biasa, sejalan dengan keyakinan Buddha ayahnya yang taat. "Pilihan Ajahn Siripanyo sepenuhnya adalah pilihannya sendiri, dan itu dihormati dalam keluarga," tulis laporan itu, dikutip Minggu (11/5/2025).
Perjalanan spiritualnya dimulai sebagai retret sementara di Thailand, yang kemudian menjadi komitmen seumur hidup. Selama lebih dari dua dekade, Yang Mulia Ajahn Siripanyo telah hidup sebagai biksu hutan, yang utamanya bermarkas di Biara Dtao Dum di dekat perbatasan Thailand-Myanmar.
"Tumbuh besar di London bersama kedua saudara perempuannya, Siripanyo menyelesaikan pendidikannya di Inggris dan fasih dalam sedikitnya delapan bahasa. Paparan budaya ini telah membentuk pandangan dunianya dan memperdalam pemahaman tentang ajaran Buddha," tutur laporan tersebut.
BACA JUGA:Vihara Maitribhumi Palembang Rayakan Waisak Bersama 2569 BE
Meninggalkan materialisme, ia mengikuti ajaran Buddha untuk hidup sederhana dan bergantung pada kemurahan hati orang lain untuk bertahan hidup.
Meskipun menjalani kehidupan monastik, Siripanyo sesekali berhubungan kembali dengan akarnya, mengunjungi ayahnya dan sebentar melangkah ke dunia lamanya. Namun, kunjungan tersebut selaras dengan prinsip-prinsip Buddha, yang menekankan ikatan kekeluargaan.
"Kisahnya memiliki kemiripan dengan Julian Mantle, pengacara fiktif dalam The Monk Who Sold His Ferrari, perjalanan Ajahn Siripanyo menonjol sebagai contoh nyata yang langka tentang pilihan pengabdian spiritual daripada kekayaan materi," tambah laporan itu.(pgr/pgr)