Sekuat Apapun Angin Bertiup, Tetap Tidak Goyah Sekencang Apapun Awan Bergemuruh, Tetap Tidak Bergolak

ZHANG MIN--

MEDAN, KORANRADAR.ID  Baru-baru ini, Amerika Serikat mengumumkan penerapan apa yang disebut sebagai "tarif timbal balik" terhadap mitra dagang global termasuk Tiongkok dan Indonesia, yang secara serius telah melanggar hak dan kepentingan sah negara-negara di seluruh dunia, secara serius melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia, secara serius merusak sistem perdagangan multilateral yang berbasis aturan, dan secara serius mempengaruhi stabilitas tatanan ekonomi global. Pemerintah Tiongkok mengecam keras dan menentang keras hal ini dan telah mengambil tindakan balasan yang tegas.

Esensi dari penyalahgunaan kebijakan tarif oleh Amerika Serikat adalah untuk mencapai hegemoni unilateral

Sebagai penerbit mata uang cadangan terbesar di dunia dan pasar konsumen terbesar di dunia, defisit perdagangan barang dalam tingkat tertentu di Amerika Serikat disebabkan oleh kontradiksi struktural hegemoni dolar Amerika Serikat dan pilihan kebijakan ekonomi Amerika Serikat sendiri, dan tidak ada hubungannya dengan tarif itu sendiri. Defisit perdagangan bukanlah berarti kerugian. Faktanya, Amerika Serikat merupakan salah satu penerima manfaat terbesar dari perdagangan internasional. Pada tahun 2024, total surplus perdagangan jasa Amerika Serikat hampir mencapai 300 miliar dolar, dan laba luar negeri perusahaan Amerika Serikat mencapai 632 miliar dolar. Amerika Serikat tidak pernah menyebutkan manfaat yang diperolehnya dari perdagangan internasional, sebaliknya malah menyalahgunakan kebijakan tarif dengan dalih yang disebut "timbal balik" dan "keadilan", bertekad keras mengejar "America First", setelah mendapat keuntungan dari situasi tersebut, namun masih berpura-pura tidak bersalah. Amerika Serikat telah menggunakan tarif untuk menumbangkan tatanan ekonomi dan perdagangan internasional yang ada, mendahulukan kepentingan pribadi negaranya sendiri di atas kepentingan publik internasional, dan mengorbankan kepentingan sah negara-negara di seluruh dunia untuk melayani kepentingan hegemoniknya. Ini merupakan tindakan khas unilateralisme, proteksionisme dan intimidasi ekonomi, dan pantas mendapat kecaman dan pertentangan bulat dari masyarakat internasional. Tindakan menyimpang Amerika Serikat merugikan pihak lain dan tidak menguntungkan dirinya sendiri, dan juga menjadi bumerang bagi negaranya sendiri.

Tiongkok selalu menjadi jangkar yang stabil dan tempat berlindung yang aman bagi perekonomian global

Sekuat apapun angin bertiup dan sekuat apapun awan bergemuruh, tetap tidak goyah dan tidak bergolak. Pembangunan Tiongkok selalu bergantung pada kemandirian dan kerja keras. Ia tidak pernah bergantung pada pemberian siapa pun, dan tidak pernah takut pada penindasan yang tidak masuk akal. Penyalahgunaan kebijakan tarif oleh Amerika Serikat memang akan berdampak terhadap ekspor Tiongkok dalam jangka pendek, tetapi ekonomi Tiongkok berskala besar, tangguh, percaya diri, dan penuh dengan motivasi, dan mitra dagangnya tersebar di seluruh dunia, sehingga memiliki kemampuan yang kuat untuk menahan tekanan. Tiongkok memiliki pasar superbesar dan sistem industri yang lengkap. Merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia dan pasar konsumen terbesar kedua. Negara ini memiliki kelompok berpendapatan menengah terbesar di dunia dan memiliki landasan yang kuat untuk menghadapi risiko dan tantangan eksternal. Pada saat yang bersamaan, ekonomi Tiongkok bergerak menuju “hal baru”, mempercepat pembangunan sistem industri modern, mengembangkan kekuatan produksi baru yang berkualitas sesuai dengan kondisi setempat, dan industri manufaktur menunjukkan tren yang jelas menuju pembangunan yang canggih, digital, dan hijau. Teknologi baru, produk baru, dan model bisnis baru muncul dengan kecepatan pesat.Yang lebih penting, Tiongkok telah menjaga stabilitas politik dan sosial untuk waktu yang lama, dan telah menanggapi ketidakpastian lingkungan eksternal yang berubah cepat dengan kepastian pembangunan berkualitas tinggi. Di balik tekad Tiongkok adalah keyakinannya yang kuat terhadap jalur dan prospek pembangunannya sendiri, penilaiannya yang akurat terhadap tren umum globalisasi ekonomi, dan pengambilan tanggung jawabnya secara aktif sebagai negara besar. Menghadapi meningkatnya proteksionisme, ekonomi Tiongkok telah bangkit menghadapi tantangan tersebut dan akan terus menjadi mesin penting ekonomi dunia. Tidak peduli bagaimana situasi internasional berubah, Tiongkok akan dengan teguh memajukan modernisasi ala Tiongkok, terus memperluas keterbukaan tingkat tinggi, berbagi peluang pembangunan dengan negara-negara di seluruh dunia, dan menyuntikkan kepastian dan stabilitas ke dalam dunia yang bergejolak.

Orang Tiongkok tidak membuat masalah dan tidak takut pada masalah. Tekanan dan ancaman bukanlah cara yang tepat untuk berhubungan dengan Tiongkok. Menghadapi intimidasi sepihak Amerika Serikat, Tiongkok telah mengambil tindakan balasan yang diperlukan pada kesempatan pertama, tidak hanya untuk melindungi kepentingan sahnya sendiri, tetapi juga menjaga kepentingan sah semua negara di dunia dan sistem perdagangan multilateral yang berdasarkan aturan dan berpusat pada WTO yang telah terbentuk sejak Perang Dunia II, dan yang lebih penting, untuk membela keadilan dan kesetaraan internasional. Tiongkok selalu menganjurkan penyelesaian perbedaan perdagangan melalui dialog dan diskusi dan menentang segala bentuk unilateralisme dan proteksionisme. Tiongkok selalu percaya bahwa multilateralisme merupakan pilihan yang tak terelakkan untuk mengatasi tantangan global. Tidak ada pemenang dalam perang dagang dan perang tarif, dan tidak ada jalan keluar untuk proteksionisme. Tiongkok bersedia bekerja sama dengan semua negara di dunia untuk mematuhi prinsip berdiskusi, pembangunan dan berbagi bersama, menganut multilateralisme, mendorong perdagangan bebas, mencapai keuntungan bersama, serta memperluas "kue" pembangunan bersama melalui keterbukaan.

Negara-negara Global South bekerja sama membangun penghalang pembangunan yang aman

Setiap langkah maju dalam pembangunan negara-negara Global South tidak dapat dipisahkan dari bantuan dan dukungan timbal balik. Setelah mengalami ujian internasional yang terus berubah, Global South telah lama menjadi komunitas senasib sepenanggungan yang saling berbagi suka dan duka. Dunia saat ini tengah mengalami perubahan besar yang belum pernah terjadi selama satu abad dan tengah menghadapi dampak parah dari unilateralisme dan perilaku hegemonik, yang menyebabkan negara-negara Global South harus menanggung beban terberat. Seperti pepatah Tiongkok yang berbunyi “Meminta Kulit dari Harimau” (yang artinya: meminta sesuatu dari mereka yang jahat, tidak akan pernah bisa berhasil) dan “Memotong Daging Sendiri Untuk Menyuap Harimau” (yang artinya: menyerahkan nyawa untuk memuaskan keserakahan orang lain, hanyalah sebuah pengorbanan sia-sia). Berkompromi tidak akan mendatangkan kedamaian dan ketenangan, tetapi hanya akan menumbuhkan keserakahan dan mendorong penindasan. Dunia tidak dapat kembali pada hukum rimba yang mengatur tentang siapa yang kuat yang akan bertahan hidup.

Bersatu adalah kekuatan dan kerjasama akan menghasilkan hasil yang saling menguntungkan. Sebagai negara berkembang utama dan perwakilan penting dari pasar negara berkembang, Tiongkok dan Indonesia merupakan tulang punggung dalam menjaga multilateralisme serta keadilan dan kesetaraan internasional. Keduanya mempunyai tanggung jawab untuk bekerja sama dengan negara-negara Global South untuk memperkuat solidaritas dan kerja sama, memperdalam koordinasi pengembangan rantai industri dan rantai pasokan, terus meningkatkan ketahanan ekonomi dan kemampuan pembangunan mandiri, serta bersama-sama mempertahankan hak dan kepentingan pembangunan mereka sendiri; Keduanya mempunyai tanggung jawab untuk bekerja sama dengan negara-negara Global South untuk mempromosikan Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai dan Semangat Bandung, memperkuat komunikasi dan kerja sama pada platform-platform seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), BRICS, G20, Organisasi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan Inisiatif Sabuk dan Jalan, dengan tegas mempertahankan posisi inti PBB, secara aktif berpartisipasi dalam reformasi dan pembangunan sistem tata kelola ekonomi global, dengan tegas menentang unilateralisme dan intimidasi, menjaga sistem perdagangan multilateral, menjaga hak-hak dan kepentingan yang sah dari negara-negara berkembang, mendorong pembangunan dunia multipolar yang setara dan teratur, mendorong globalisasi ekonomi yang inklusif, dan menyumbangkan kekuatan Global South untuk perdamaian, stabilitas, dan pembangunan dunia.

 

Zhang Min,  Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Medan

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan