Menteri BUMN Yakin Target Dividen Rp90 T Dapat Terpenuhi

CAPTION : Menteri BUMN Erick Thohir (pakaian hitam) dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI di Senayan, Jakarta, Kamis (13/2/2025). (ANTARA/Putu Indah Savitri) (ANTARA/Putu Indah Savitri)--

JAKARTA, KORANRADAR.ID  - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meyakini bahwa target setoran dividen atau bagi hasil keuntungan perusahaan BUMN ke negara tahun 2025 sebesar Rp90 triliun dapat terpenuhi.

 

“Saya rasa karena performance-nya di tahun 2024, untuk dividen 2025 aman,” ucap Erick Thohir dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR RI di Senayan Jakarta, Kamis.

Erick menyampaikan bahwa pada Januari 2025, perusahaan plat merah telah mengalokasikan dividen untuk negara sebesar Rp20,5 triliun. Dengan demikian, tersisa Rp69,5 triliun lagi untuk mencapai target setoran dividen sebesar Rp90 triliun pada 2025.

Akan tetapi, Erick Thohir tidak dapat memastikan nasib setoran dividen pada tahun 2026, sebab setoran dividen pada tahun 2026 akan dipengaruhi oleh performa perusahaan BUMN pada tahun 2025.

Tidak hanya menghadapi tantangan dalam negeri berupa efisiensi belanja, Erick menyampaikan pada 2025 ini, perusahaan BUMN juga menghadapi tantangan perang tarif yang terjadi di luar negeri.

“Untuk dividen yang tahun 2026, saya mohon maaf belum bisa menjawab sekarang karena kami melihat kondisi makronya juga,” kata dia.

Meskipun demikian, Erick melihat potensi kerja sama dengan negara-negara seperti Turki, Amerika Serikat, Filipina, India dan Jepang untuk membantu performa BUMN di tengah berbagai tantangan yang dihadapi pada 2025 ini.

“Kemarin yang dengan Turki itu juga (perdagangan) kita surplus kalau tidak salah Rp1,5 miliar. Jadi, mungkin ini coba kami lihat potensi perdagangan south-south, juga implikasinya dengan BUMN, tentu konteksnya tidak menyeluruh, tetapi potensi itu yang kami lihat untuk kinerja tahun ini,” kata Erick.

Pernyataan tersebut merespons Anggota DPR Ahmad Labib yang mempertanyakan dampak dari efisiensi belanja kepada pertumbuhan bisnis BUMN, sebab belanja negara merupakan salah satu penyumbang keberlangsungan pertumbuhan bisnis BUMN. “Kira-kira, ada efek tidak (efisiensi belanja) terhadap pertumbuhan dan keberlangsungan bisnis BUMN? Terutama, yang banyak bisik-bisik itu di yang (BUMN) karya-karya itu,” kata Labib.

Terkait dengan BUMN Karya, Erick mempertimbangkan potensi refocusing BUMN Karya, sehingga membuka kemungkinan perubahan penggabungan tujuh BUMN Karya, yang semula direncanakan dilebur menjadi tiga BUMN, bisa menjadi dua atau satu BUMN. (ant)

Tag
Share