Tak Hanya Jago Cuap-cuap, Mantan Penyiar Ini Bikin SD Mandiri Makin Berkualitas

DIAN AMALIA, M.PD. KEPALA SEKOLAH SD MANDIRI PALEMBANG.--
PALEMBANG, KORANRADAR.ID – Pengalaman sebagai penyiar di Real Radio 97,5 FM selama beberapa tahun menjadi momen berharga dan tak terlupakan bagi Dian Amalia, M.Pd. Bagaimana tidak, Kepala Sekolah SD Mandiri Palembang ini bisa lebih luwes dan piawai bermain kata dan merangkai kalimat yang bisa mendongkrak jenjang karir di dunia pendidikan.
Perempuan bertubuh mungil yang biasa disapa Lia ini menjelaskan, dirinya melakoni pekerjaan sebagai penyiar sembari kuliah di Program Studi Pendidikan Bahasa S2 di Universitas Sriwijaya Palembang. “Siaran ini melatih kita berbicara. Harus banyak baca untuk menambah wawasan untuk sumber informasi ke pendengar. Banyak keuntungan yang Lia dapat dan membantu sekali,” ungkapnya beberapa waktu lalu.
Keuntungan juga dirasakan perempuan kelahiran Magelang 7 Juli ini saat ia menjadi Dosen Luar Biasa (LB) di UIN Raden Patah dan Institut Palcomtech pada tahun 2010 hingga 2017 lalu. “Saya memang memilih menjadi Dosen LB karena pada saat itu lebih fokus untuk mengurus anak anak yang masih balita. Full Time Mother, Part Time Worker,” ucapnya.
Baru pada tahun 2018, ia pun memutuskan bergabung dengan Yayasan Jiwa Mandiri Utama yang menaungi SD, SMP, SMA, dan SMK Mandiri Palembang. Kerja keras baru dimulai ketika dirinya melihat sistem yang diterapkan di sekolah tersebut seperti kurikulum pada umumnya. Tidak ada program unggulan. Tentu saja ini membuat ibu dua anak ini menjadi greget.
Akhirnya, ia melakukan terobosan baru dengan merombak serta mengubah program yang ada menjadi lebih menantang. “Dulu sekolah ini umum, dalam artian tidak ada program unggulan, gak ada yang dijual. Jadi pada saat Lia masuk, Lia rombak 360 derajat,” terangnya.
Perombakan dimulai dari SD, di mana semua siswa memiliki lebih banyak aktivitas dari sebelumnya. Ia mulai melakukan kerja sama dengan berbagai pihak. Salah satunya sekolah musik ternama di kota Palembang (Calista musik) untuk mendatangkan guru musik ke sekolah.
Selain itu, ia juga memperkenalkan kurikulum Canbridge dari Singapura sehingga para siswa bisa bilingual. Tidak hanya program yang berubah, biaya yang ditetapkan pihak sekolah juga mengalami perubahan atau kenaikan. Hal ini berdampak terhadap jumlah siswa di sekolah tersebut yang mengalami penurunan drastis.
“Kita tidak patah semangat. Perlu beberapa tahun perjuangan sampai masyarakat percaya sekolah ini bagus. Mereka bisa lihat sendiri dan juga mendengar informasi dari mulut ke mulut,” terangnya.
Tidak hanya berhenti sampai di sini, tantangan lain justru datang dari pihak orangtua murid, di mana mereka selalu ingin terlibat dengan kegiatan siswa.
“Mereka itu ikut sekolah istilahnya, apa pun yang kita lakukan, ya mereka ikut. Ikut protes, ikut mendukung, dan lainnya,” ungkapnya sembari tertawa lepas.
Tidak hanya peningkatan kualitas para siswa, ia juga kerap mengadakan pelatihan dan pembinaan untuk para guru. Bahkan, untuk mengimbangi kerja keras mereka dalam mendidik siswa, dirinya rutin mengajak seluruh guru dan staf refresing jalan-jalan ke luar kota.
“Mengajar anak SD itu membutuhkan perhatian dan tenaga ekstra. Kalau ada guru yang bilang tidak capek, justru saya heran. Ini pasti gak kerja. Jadi ketika libur sekolah, kita jalan-jalan ke luar kota biar lepas penat dan bisa fresh kembali,” tutupnya. (hen)