Inflasi Rendah Berpotensi Perlambat Ekonomi

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (ketiga kiri) didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (ketiga kanan), para Deputi Gubernur Doni P Joewono (kedua kiri), Juda Agung (kedua kanan), Aida S Budiman (kiri), dan Filianingsih Hendarta (kanan--

JAKARTA, KORANRADAR.ID - Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan BI atau BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 6 persen untuk mempertahankan stabilitas perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian pasar keuangan global akibat arah kebijakan Amerika Serikat (AS) dan eskalasi ketegangan geopolitik di berbagai wilayah

Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman menyatakan bahwa tingkat suku bunga acuan yang tinggi disertai inflasi yang rendah justru berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Hal tersebut karena suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate yang tinggi disertai inflasi yang rendah seperti yang terjadi saat ini, masing-masing tercatat sebesar 6 persen dan 1,57 persen year-on-year (yoy) pada Desember 2024, dapat menciptakan suku bunga riil yang tinggi.

“Suku bunga riil yang tinggi cenderung meningkatkan biaya pinjaman riil yang dapat menekan investasi dan konsumsi, serta memperlambat pertumbuhan ekonomi,” ucap M Rizal Taufikurahman saat dihubungi ANTARA dari Jakarta. Senin, 6 Januari 2025.

Ia mengatakan bahwa BI rate yang tinggi cenderung meningkatkan suku bunga pinjaman perbankan, sehingga membatasi akses masyarakat terhadap pembiayaan yang kemudian mengurangi daya beli, konsumsi domestik, dan kemampuan berinvestasi.

Kondisi tersebut, lanjutnya, menyebabkan rendahnya tekanan permintaan dalam perekonomian di tengah masyarakat, sehingga menekan laju inflasi.

Meskipun demikian, Rizal menuturkan bahwa tingkat inflasi yang terjaga rendah dan stabil juga dapat memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk menyesuaikan kebijakan moneternya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Bank Indonesia pun telah menyatakan komitmennya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan memastikan inflasi tetap dalam sasaran, sembari terus mencermati dinamika kondisi yang berkembang.

“Diproyeksikan ke depan, jika inflasi tetap terkendali, terdapat peluang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,” katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) Desember 2024 sebesar 0,44 persen month-to-month (mtm), sehingga secara tahunan inflasi IHK 2024 menjadi 1,57 persen yoy. Angka tersebut masih dalam kisaran target pemerintah 2,5 persen plus minus 1 persen.

Sementara Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 17-18 Desember 2024 memutuskan untuk tetap mempertahankan BI rate di level 6 persen. (ant)

Tag
Share