Beras Tetaplah Beras
--
Muridnya berkata, “Asin sekali sampai anyep rasanya.”
Pendeta Tao kemudian menaburkan lebih banyak lagi garam ke danau dan menyuruh muridnya mencicipi air danau.
“Murni dan manis,” kata muridnya.
Pendeta Tao berkata, “Derita dalam hidup itu adalah garam, rasa hambar dan asinnya tergantung pada wadahnya/penampung. Orang yang selalu mengeluh dalam hidupnya, bukan dunia yang terlalu buruk, tapi pikiranmu yang terlalu sempit.”
Kalajengking dan master Zen
Master Zen melihat kalajengking jatuh ke air, ia pun bertekad untuk menyelamatkannya.
Tapi tak disangka, kalajengking itu menyengat jari tangannya begitu disentuh.
Namun, tanpa khawatir disengat lagi, Master Zen kembali menjulurkan tangannya, dan sekali lagi kalajengking itu kembali menyengatnya.
Sementara itu seseorang yang berada di sebelah master Zen berkata, “Dia suka menyengat siapa pun, jadi untuk apa menyelamatkannya?”
“Menyengat adalah sifat kalajengking, sementara welas asih adalah sifat bawaan saya, jadi mana boleh saya meninggalkan (sifat) bawaan saya karena sifat alaminya kalajengking.”
Lebih baik merasakan rasa sakit itu, daripada mengikuti sifatnya, mengubah kebaikan hati sendiri yang alami. Belas kasih seorang Guru Agung.
Antara surga dan neraka hanya dalam selintas pikiran.
Mandela pernah dipenjara selama 27 tahun, ditindas dan dianiaya. Saat menjadi presiden, dia mengundang tiga sipir yang pernah menyiksanya.
Ketika Mandela berdiri dan memberi hormat kepada sipir itu, semua tamu undangan di tempat dan bahkan dunia menjadi hening.
Dia berkata: “Saat saya berjalan menuju gerbang yang akan memberikan kebebasan, saya tahu jika saya tidak melepaskan kepahitan dan kebencian saya di belakang, saya masih akan berada di penjara.”