PALEMBANG, KORANRADAR.ID – Pulau Kemaro terletak di Palembang Sumsel. Menurut Chandra Husin, Ketua Majelis Rohaniawan Tridarma Komda Sumsel, pulau ini tidak akan tergenang air atau kebanjiran meski air sungai pasang. Dari kejauhan, pulau ini terlihat seolah-olah terapung di atas perairan Sungai Musi.
“Konon, legenda Pulau Kemaro adalah kisah cinta Siti Fatimah, putri Raja Palembang yang dilamar oleh anak Raja China bernama Tan Bun Ann. Saat Tan Bun Ann ingin melamarnya, orang tua Siti Fatimah meminta syarat 9 guci berisi emas. Keluarga Tan Bun Ann pun menerima syarat itu. Tan Bun Ann pun mengutus prajuritnya untuk mengambilnya di China,”ujarnya.
Untuk menghindar bajak laut di perjalanan saat membawa emas dari negeri China, maka emas di dalam guci tersebut ditutupi dengan asinan dan sayur-sayuran tanpa setahu Tan Bun Ann. Setibanya di Palembang, ia mengira bahwa guci-guci tersebut hanya berisi asinan dan sayur-sayuran, maka marahlah Tan Bun Ann. Lalu, ia membuang seluruh guci tersebut ke Sungai Musi.
Namun, guci terakhir yang dilemparnya, terhempas pada dinding kapal dan pecah berantakan sehingga terlihatlah kepingan emas yang ada di dalamnya. Rasa penyesalannya membuat anak raja China tersebut mengambil keputusan untuk menerjunkan diri ke sungai dan tenggelam.
Melihat hal tersebut Siti Fatimah ikut menerjunkan diri ke sungai sambil berkata, “Jika ada tanah tumbuh di tepi sungai ini, maka di situlah kuburan saya.” Akhirnya, muncul sebidang tanah di permukaan sungai sehingga penduduk yakin bahwa itu adalah makam keduanya. Penduduk pun menyebutnya dengan ‘Pulau Kemaro’ yang berarti meskipun air pasang, maka pulau ini tak pernah basah. Di pulau ini terdapat kelenteng Hok Ching Bio yang selalu dikunjungi penganutnya. Pada setiap perayaan Cap Go Meh , kelenteng ini tidak hanya dikunjungi masyarakat keturunan Tionghoa kota Palembang saja, tetapi juga dari berbagai daerah di Indonesia bahkan mancanegara. (sep)
Kategori :