PALEMBANG, KORANRADAR.ID - Sebanyak 59 pekebun kelapa sawit perwakilan Kabupaten Musi Banyuasin mengikuti pelatihan Manajemen dan Administrasi Keuangan dalam Rangka Pelatihan Pengembangan SDM PKS Tahun 2024. Pelatihan ini dilakukan untuk meningkatkan produksi kelapa sawit.
Para pekebun kelapa sawit dinilai penting memiliki kemampuan manajemen dan administrasi keuangan, mengingat kebun kelapa sawit di Sumatera Selatan (Sumsel) seluas 1,4 juta hektar, dan sebagian besar mata pencaharian masyarakat dari kebun kelapa sawit, maka edukasi dinilai penting.
Trainer dan Dosen Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Ir. Dwi Rachmina M.Si., mengatakan para pekebun diajarkan membuat report seluruh aktivitas perkebunannya, yang nantinya bisa jadi evaluasi.
"Dari sini nantinya pekebun bisa melihat bagaimana pengelolaan kebunnya, pupuk, tenaga kerja, obat-obatan, dan termasuk untung atau tidak," katanya di sela pelatihan kepada 59 pekebun perwakilan Kabupaten Musi Banyuasin di Hotel Emilia, Selasa (4/6/2024).
Menurutnya, tak hanya mengevaluasi hasil dari kegiatan perkebunan kelapa sawit, dari sisi bisnis yang dikelola oleh KUD dengan baik, berpengaruh pada meningkatnya produksi panen kelapa sawit.
"Tak hanya soal teknis memilah bibit, tapi pekebun juga harus paham manajemen dan administrasi keuangan," katanya.
Sementara itu, Direktur Perlindungan Perkebunan Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian Hendratmojo Bagus Hudoro mengatakan, cara mengolah keuangan penting bagi pekebun untuk meminimalisir pengeluaran dana dan memaksimalkan pendapatan.
"Jika manajemen pekebun tidak baik, ini akan berdampak pada hasil produksi buah. Karena saat ini saja kontribusi total ekspor Rp640 triliun di 2023, diantaranya Rp440 triliun dari perkebunan dan diantaranya 80 persen dari kelapa sawit," jelasnya.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel Agus Darwa mengatakan, setelah dua kali dilakukan pelatihan, setidaknya ada 1.250 pekebun yang teredukasi.
Agus mengatakan, dengan luas kebun kelapa sawit di Indonesia 16,4 juta hektar, diantaranya total 1,4 juta hektar (termasuk milik masyarakat), artinya Sumsel menyumbang ekspor sekitar 10 persennya. "Maka Sumsel sebagai penghasil sawit, sudah seharusnya pekebunnya teredukasi dengan baik," pungkasnya. (spt)