Hajiratun Thoyiba, Owner Metasari: Selalu Hormati Orang Tua

Jumat 12 Apr 2024 - 09:41 WIB
Reporter : Swan
Editor : Maulana Muhammad

PALEMBANG, KORANRADAR.ID - Perjalanan hidup Hajiratun Thoyiba yang akrab disapa Hajir Chairil, tidak menemui banyak hambatan.

Dia kuliah, bekerja, menjadi PNS, lalu mengajar, sampai menikah dan punya anak, semuanya berjalan mulus. Tidak ada onak dan duri berarti yang dialaminya.

“Kuncinya cuma satu, jangan sekali-kali pelit dengan orang tua sendiri, dengan mertua, dan keluarga yang lain,” demikian dikatakan Hajir mengenai kunci kesuksesaanya di rumah tangga.

Bukan hanya sukses membina keluarga, ia juga sukses membina bisnisnya. Dia memiliki usaha catering serta gedung serbaguna hasil mengelola bisnis selama puluhan tahun.

BACA JUGA:Mengenal Starategi Dakwah Modern Almarhum KH Ahmad Nawawi Dencik

Bagaimana dia mengelola seluruh usaha ini? Sementara pendidikan awalnya adalah akademi perawat? Simak kisah hidup istri Prof dr Chairil Anwar yang ia tuturkan kepada Radar Palembang di kediamannya Jl Tanjung Harapan No 46 Bukit Sangkal.

Hajir menyelesaikan sekolah sampai SMA di Kabupaten Lahat. Kemudian tahun 1975 dia kuliah akademi perawat di Palembang dan menyelesaikannya di 1980. Kemudian, di tahun 1981 Hajir mengikuti tes PNS dan lulus.

Tahun 1981 benar-benar merupakan tahun bersejarah bagi wanita berkerudung ini. Di awal tahun, tepatnya Januari 1981 dia menikah, kemudian di Oktober 1981 anak pertamanya lahir.

“Tahun 1981 memang penuh makna buat saya, di situ saya menikah, SK PNS saya keluar dan tahun itu juga dapat anak, dan suami juga diwisuda menjadi dokter,” katanya sembari tersenyum.

Dengan menyandang SK sebagai PNS, Hajir bekerja di RS Muara Enim. Namun, kemudian dia pindah ke Akper dan memilih menjadi dosen. Hanya sajam profesi sebagai dosen hanya ia lakoni selama empat tahun.

BACA JUGA:Naik Harga, Dapur Bunda Rayya Tetap Diburu Pembeli, Ternyata Ini Rahasianya

Di tahun 1986 ia diajak suaminya pindah ke Bangkok Thailand, mengikuti suami yang  menempuh S2 di sana. Dia pun mengambil cuti bekerja selama dua tahun.

Tapi bukan berarti selama dua tahun di negeri orang, Hajir menganggur. Dia bekerja di kedutaan bagian atase pendidikan dan kebudayaan. Di tahun 1988, masa cuti bekerja Hajir berakhir.

Dirinya dipanggil dan diminta untuk segera mengajar kembali di Akper yang sekarang berganti nama menjadi Poltekes.

Cukup lama Hajir mengajar di sana, kalau dihitung-hitung ada sekitar 24 tahun, 1988 sampai 2012. Lantas kapan Hajir memutuskan beriwrausaha?

Kategori :