Kisah Dua Bersaudara Mencari Tao
LAO ZI pernah berkata, “Ketika orang bijak mendengar Tao, dia berlatih dengan rajin, tetapi ketika orang biasa mendengar Tao, dia berlatih dan mencampakkan.” Cerita berikut adalah tentang dua bersaudara yang mencari Tao.
Pada waktu yang lalu, ada dua bersaudara yang ingin kultivasi. Namun, orang tua mereka yang sudah tua dan lemah tinggal di rumah bersama dengan seorang adik perempuan. Sang kakak juga memiliki istri yang sakit dan anak kecil. Akibatnya, mereka tidak bisa melakukan perjalanan untuk mencari Tao.
Suatu hari, setelah keinginan bertemu seorang guru tercapai, kakak adik tersebut bertanya apakah mereka bisa menjadi muridnya. Mereka mengatakan kepada guru tersebut tentang kesulitan mereka, kemudian guru itu mengangkat telapak tangannya ke depan dada untuk heshi (suatu bentuk ucapan), sambil memejamkan mata, dan bergumam:
“Berkorban dan mendapatkan, kehilangan dan memperoleh. Jika Anda tidak ingin menyerahkan apapun, bagaimana Anda bisa mendapatkan? Tak satu pun dari Anda memiliki kualitas kesadaran yang baik, jadi saya akan datang lagi setelah 10 tahun.”
Guru itu meninggalkan dua bersaudara tersebut dan berjalan pergi.
Sang kakak segera menyadari pentingnya membuat komitmen, sehingga ia mengumpulkan kitab suci dan meninggalkan rumah. Adiknya memandang pada tua dan kakak iparnya yang sakit, dan memutuskan untuk tetap tinggal, ia benar-benar tidak sampai hati meninggalkan mereka.
Kakaknya pulang 10 tahun kemudian. Dia membaca kitab suci dan berjalan seolah-olah kedua kakinya tidak berpijak di bumi. Adiknya tampak tua dan usang, punggungnya melengkung dan geraknya lamban. Guru segera tiba, dan bertanya apa yang telah mereka pelajari selama 10 tahun terakhir.
Sang kakak mengatakan bahwa ia telah melakukan perjalanan ke hampir setiap gunung dan sungai besar, dan mengunjungi banyak kuil di mana ia membaca banyak kitab suci, dan memperoleh banyak pencerahan.
Adik mengatakan bahwa selama 10 tahun ia merawat kedua orang tuanya sampai mereka meninggal, dan kakak ipar sampai dia memperoleh kembali kesehatannya. Dia juga merawat adik perempuannya sampai ia tumbuh dan menikah. Dia sangat lelah selama 10 tahun terakhir sehingga ia tidak punya waktu untuk membaca kitab suci. Dia tidak berpikir ia akan memenuhi syarat untuk mencari Tao.
Guru itu tersenyum ringan dan memutuskan untuk memilih sang adik sebagai muridnya. Mendengar itu sang kakak tidak bisa memahami keputusan itu dan meminta penjelasan.
Guru menjelaskan, “Buddha ada di dalam hati Anda, tidak di pegunungan tinggi dan sungai-sungai besar. Menjaga kasih sayang di dalam hati Anda lebih baik daripada membaca semua isi dari kitab suci. Anda tidak bisa memberikan cinta dan kebaikan untuk orang tua Anda dimasa tua, jadi bagaimana Anda dapat memberikan keselamatan pada makhluk hidup lainnya? “Anda mengorbankan semua hal yang pokok untuk mencari sesuatu yang dangkal. Maaf, Anda tidak memiliki takdir pertemuan dengan Buddha,” lanjutnya. (ran)