Contohnya seperti perkumpulan suku, seperti suku Hakka (Khek), Hokkian, Kanton, Tiochiu, dan sebagainya, atau perkumpulan marga, seperti marga Lim/Lin (Hanzi), Tio/Zhang (Hanzi), Ong/Wang (HanZi), Tan/Chen (Hanzi), dan sebagainya.
Jadi untuk generasu Tionghoa sekarang yang ingin memberiu nama pada anaknya atau cucu, bisa mendapatkan informasi langsung dari tanah leluhurnya, yaitu dari desa/kampung asal leluhur, karena biasanya mereka punya data-datanya. Tentunya hal ini dibantu oleh perkumpulan-perkumpulan Tionghoa yang sudah ada di Indonesia juga.
Sebenarnya ini peluang bagus untuk bisnis pemberian nama Chinese/Tionghoa bayi, karena sekarang orang Tionghoa di Indonesia kebanyakan masuk kategori ‘lost generation’, jadi kebanyakan sudah tidak mengerti/paham bahasa Mandarin secara mendalam.
Ya, meski sejak awal tahun 2000-an sudah mulai dibuka kran-kran informasi Tionghoa, seperti sekolah/fakultas yang menyediakan pembelajaran bahasa Mandarin, atau bersekolah ke luar negeri (China), tetapi butuh waktu setidaknya 20 tahun untuk berkembang buat para generasi muda Tionghoa ini. (tio)