KLENTENG atau kelenteng, adalah sebutan untuk tempat ibadah penganut kepercayaan tradisional Tionghoa di Indonesia pada umumnya.
Dikarenakan di Indonesia, penganut kepercayaan tradisional Tionghoa sering disamakan sebagai penganut agama Konghucu, maka klenteng dengan sendirinya disamakan sebagai tempat ibadah agama Konghucu. Berikut penjelasanya seperti dikutip dari tionghoainfo.
1. Asal mula kata Klenteng di Indonesia
Tidak ada catatan resmi bagaimana istilah Klenteng ini muncul, tetapi yang pasti istilah ini hanya terdapat di Indonesia, karenanya dapat dipastikan kata ini muncul hanya dari Indonesia.
Sampai saat ini, yang lebih dipercaya orang sebagai asal mula kata Klenteng adalah bunyi teng-teng-teng dari lonceng di dalam klenteng, sebagai bagian ritual ibadah. Awalnya, istilah klenteng sebagai tempat ibadah orang Tionghoa juga tidak dikenal di berbagai tempat lain selain di pulau Jawa.
Di Sumatera, mereka menyebutnya bio, di Sumatera Timur mereka menyebutnya am, dan penduduk setempat kadang menyebut pekong atau bio. Sementara di Kalimantan, etnis Hakka di sana sering menyebutnya dengan istilah thai Pakkung, pakkung miau, shinmiau.
Tapi seiring berjalannya waktu, istilah klenteng menjadi umum dan mulai meluas penggunaannya di masyarakat.
Salah satu kelenteng tertua di Indonesia, Kelenteng Ban Hing Kiong Manado yang berdiri sejak tahun 1800-an.
Asal-usul penggunaan kata klenteng untuk tempat ibadah orang Tionghoa tidak diketahui sejak kapan mulai dipakai. Namun ada beberapa penjelasan yang coba dipakai untuk menjelaskan asal muasal kata klenteng itu.
Pertama menurut Nio Joelan, klenteng berasal dari kata Guanyin ting atau “gazebo Guanyin”. Jika menggunakan dialek Hokian, maka ejaan bunyinya “kwan im teng”.
Kedua adalah menurut pendapat Li Zhuohui, yang mengatakan kata klenteng berasal dari tempat pembelajaran atau sekolah, yang dalam bahasa mandarinnya disebut Jiaorentang atau “kaulangtang”.
Sedangkan yang ketiga, klenteng berasal dari bunyi lonceng atau genta yang ada di dalam tempat ibadah (klenteng) tersebut.
Klenteng juga disebut sebagai “bio”, yang merupakan dialek Hokkian dari karakter (miao). Ini adalah sebutan umum bagi klenteng di China.
Pada mulanya “Miao” adalah tempat penghormatan pada leluhur “Ci” (rumah abu), dimana pada jaman dulu masing-masing marga membuat “Ci” untuk menghormati para leluhur mereka sebagai rumah abu. Para Dewa-Dewi yang dihormati tentunya berasal dari suatu marga tertentu yang pada awalnya dihormati oleh marga/famili/klan mereka.