Karma Menipu Orang

Jumat 15 Nov 2024 - 22:45 WIB
Reporter : asifardiansyah
Editor : asifardiansyah

PALEMBANG, KORANRADAR.ID KEJADIAN ini terjadi pada masa Dinasti Ming. Wu Yong Yan pada masa remaja sangat berbakat, juga memiliki wawasan yang luas dan cerdas, seorang peramal mengatakan kepadanya : “Dari kerangka simetri, Anda adalah seorang yang dapat menikmati segala kesenangan, tetapi harus selalu melakukan perbuatan yang lebih baik, untuk menyambut karunia dari Tuhan terhadapmu” dan kemudian menunjuk pada hati Wu Yong Yan mengatakan: “Tetapi saya takut disini ada masalah, sulit untuk memastikan bahwa Anda tidak akan berbuat jahat, harap Anda bisa bertobat.”

Wu Yong Yan tumbuh semakin dewasa hatinya semakin licik, selalu berbicara munafik, bermuka dua, atau mengambilalih tanah orang lain, atau memeras uang dari orang lain, atau bersekongkol dengan orang lain di pengadilan, atau menghancurkan pernikahan orang lain, pendendam; atau menghancurkan hubungan orang tua dan anak atau saudara untuk mendapatkan keuntungan, melakukan segala jenis kejahatan.

Suatu hari, Wu Yong Yan bertemu kembali dengan peramal dahulu yang meramal nasibnya, peramal itu berkata kepadanya: “Saya telah berpesan kepada Anda untuk tidak melakukan hal-hal buruk, mengapa Anda tidak mendengarkan perkataanku? Kerangka simetrimu telah sangat berubah, benar-benar sayang ?. ”

Wu Yong Yan dengan sombong berbohong mengatakan:” Saya melakukan hal-hal yang baik setiap hari, dan selalu menjaga pikiran yang baik dan tindakan yang layak, bagaimana Anda bisa mengatakan saya demikian?”

Peramal mengatakan: “Anda tidak bisa menipu saya, tidak peduli siapapun, asalkan ia berbuat baik, Tuha akan memberikan pahala kepadanya, dan terpancar di wajah adalah wajah yang terang dan cemerlang. Tetapi profil wajahmu sengit, malapetaka dan kesusahan akan segera datang. Maka segara usaha dan harta milikmu sulit dipertahankan lagi.” Selesai berkata dengan mendesah pergi dari hadapan Wu Yong Yan.

Wu Yong Yan menganggap hartanya bisa dinikmati seumur hidupnya, persediaan pangan di rumah cukup di makan satu dekade, pakaian cukup dipakai untuk seumur hidup, belum lagi kepintarannya menipu orang lain, mau menjadi kaya raya bukan hal yang sulit, tidak sulit untuk mengumpulkan ratusan menjadi ribuan, ribuan menjadi jutaan, kata peramal tidak bisa dipercaya. Hatinya yang licik sama sekali tidak menduga akan menghadapi kehancuran yang mendalam, karena Tuhan tidak akan melindungi orang yang licik dan jahat.

Tidak lama kemudian, terjadi bencana banjir, seluruh sawahnya habis terendam banjir, rumahnya terbakar habis, dan segala hal yang sial satu per satu menyusul. Tidak berapa lama kemudian dia sudah menjadi orang miskin, setiap hari dia merasa tertekan dan sedih, menahan kelaparan yang tak tertahankan, seperti hidup dalam neraka, tidak berapa lama kemudian dia meninggal karena depresi.

Dari cerita tersebut dapat dilihat, nasib buruk dan baik berasal dari hati, jangan membiarkan hati untuk berbuat hal yang licik, mengejar keuntungan yang tidak halal, serakah, hanya perbuatan baik merupakan jalan yang benar dalam kehidupan ini, hati yang baik bahasa tubuh juga baik, tubuh, ucapan dan pikiran jahat bahasa tubuh juga jahat, sebagai manusia harus berkultivasi jiwa dan raga adalah hal yang utama. (era)

Kategori :

Terkait

Selasa 19 Nov 2024 - 22:36 WIB

Berharganya Hati yang Bersyukur

Minggu 17 Nov 2024 - 22:30 WIB

Dua Harimau dalam Satu Kandang

Jumat 15 Nov 2024 - 22:45 WIB

Karma Menipu Orang