Cinta Sejati

--

JAKARTA, KORAN RADAR.ID Di Negara Chen, tepatnya di akhir Dinasti Wilayah Selatan dan Utara (420-581), tinggalah seorang Permaisuri bernama Lechang, yang juga dikenal karena kencatikannya dan kecerdasannya. Karena tertarik dengan talenta dan pengetahuan yang dimiliki Lechang, dia pun dinikahi oleh seorang pejabar bernama Xu Deyan.

Pasangan muda itu saling mencintai dan tinggal bersama dalam kebahagian. Ternyata kebahagiaannya tidak berlangsung lama. Tentara dari Sui menduduki negara Chen. Pasangan bahagia itu pun harus lari meninggalkan istana dan mengasingkan diri.
Sebelum mereka meninggalkan istana, Deyan mengambil carmine perunggu dan membalasnya menjadi dua. Separuh diserahkan kepada istrinya, dan separuhnya lagi disimpannya. Dia mengatakan kepada istrinya bahwa carmin itu adalah simbol persatuan dan kebersamaan mereka bila satu saat mereka harus berpisah. Mereka pun berjanji, jika mereka terpisah, mereka akan saling mencari di pasar ibu kota pada hari ke 15 sesuai penanggapan Tiongkok, yang sekarang dikenal sebagai Festival Lentera atau di Indonesia disebut Cap Go Meh. Kemudian mereka menyimpan cermin masing-miasng dan meninggalkan tempat itu.

Dan akhirnya memang pasangan muda itu pun harus berpisah, setelah terjadi kekacauan dan negara Chen jatuh ke tangan tentara Sui. Setahun kemudian, Deyan mengambil cermin miliknya dan membawanya ke pasar yang telah mereka rencanakan. Di sana dia berharap bertemu istrinya dan menyatukan lagi cermin masing-masing. Dia pun mencari ke pelosok pasar, tetapi tidak menemukan istrinya.

Akhirnya, dia melihat seorang pria menjual cermin yang dipercaya milik istrinya. Karena dia mengenal cermin itu milik istrinya, dia mendekati penjual itu dan mulai bertanya tentang istrinya. Pria itu pun mengaku kalau dia adalah pelayan istrinya yang disuruh datang ke pasar bersama cermin itu, sebab istrinya tidak bisa menemui suaminya. Deyan pun merasa sedih, setelah jatuhnya kerajaan Chen, istrinya telah dibawa oleh Yang Sui, menteri yang sangat berkuasa, untuk dijadikan selirnya.

Mendengar berita itu, air mata Deyan pun mengalir di pipinya. Dia mengambil pena kuas dan menulis puisi di atas cermin milik istrinya. “Kamu meninggalkan cermin, sekarang saya melihat cermin itu, tetapi bukan kamu. Tanpa Chang E di bulan, kecerahannya sia-sia.” Kemudian dia memberi cermin berpuisi itu ke pelayan istrinya untuk dikembalikan ke si permaisuri.

Ketika permaisuri itu membaca puisi itu, dia pun tak mampu menahan isak tangisnya selama beberapa hari, sebab dia sangat merindukan suaminya. Melihat selirnya bersedih, dan memahami tentang cinta sejati dari dua pasangan itu, menteri tersebut menjadi bersimpati. Dia kemudian menyadari bahwa dia tidak bisa merebut cintanya. Jadi dia menyuruh Deyan mengambil istrinya. Dan sejak itu Deyan bersama permaisurinya pun bersatu lagi.

Cerita ini terdapat pada Stories in Verse (Ben Shi Shi), sebuah koleksi novel yang dirangkum oleh Meng Q selama Dinasti Tang (618-917). Cerita ini pun menjadi inspirasi sebuah ungkapan “Cermin yang terbelah, bersatu kembali.” Makna ungkapan ini pun berarti bersatunya kembali suami dan istri setelah secara terpaksa berpisah. Idiom ini jugua biasanya digunakan untuk merujuk pada reuni atau rekonsiliasi pasangan setelah mereka kehilangan kontak. (era)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan