Menjadi Istri
--
PALEMBANG, KORANRADAR.ID - Laporan medis saya telah keluar, selain hati sedikit berlemak, yang lain semuanya normal. Setelah membaca general checkup saya, istri sangat senang, dia terus berkata: “Nah, bagus! tetapi ini adalah jerih payah saya, jika saya tidak menyuruh kamu minum air setiap pagi, jika saya tidak melarang Anda makan banyak makanan asin atau gorengan! , jika saya tidak mendorong Anda untuk berolahraga setiap hari, jika saya tidak…… apakah tubuhmu bisa begitu sehat?
Ketika tahun baru, anak-anak pulang ke rumah, istri membatalkan tidur siang, berhenti menonton acara favorit, sepenuh hati melayani anak-anak di rumah: mengupas apel untuk anak-anak, jeruk juga di kupas sampai kelopaknya, masih mencuci pakaian anak yang menumpuk, juga memasak dan menghidangkan di depan anak-anak.
Saya mengkritik dia: “Apakah Anda tidak terlalu memanjakan mereka!” Walaupun secara lisan berkata demikian, tetapi dalam hati sangat menyayangi dia, saya bertanya: ” Apakah Anda tidak lelah? ” Istri mendelikkan mata berkata: “Apa yang memanjakan mereka? Capek apa? Saya senang! “
Saya ingat ketika masih muda kerja di peternakan pekerja ada ratusan orang, kebanyakan pekerja adalah kaum muda, di kalangan pekerja muda, setengah adalah gadis-gadis, pada waktu itu saya menjadi guru les untuk para pekerja muda ini, dan saya menemukan ada dua dari mereka yang sangat cocok dengan saya.
Setelah teman kerja mengetahui hal ini, berinisiatif menjadi mak comblang, tidak sampai satu hari, sudah dapat mengecek latar belakang mereka dan melaporkan kepada saya, dua gadis ini belum punya pacar, salah satunya yang sekarang menjadi ibu anak-anak saya. Saya pernah sebagai lelucon membicarakan hal ini kepada istri saya, istri mengangkat jempol jari, mengatakan: “Meskipun kacamatamu tebal, tapi untuk mencari istri masih lumayan!” Kami berdua tertawa…Dalam sekejab mata, telah menikah selama tiga puluh tahun. Dalam tiga dekade ini, ketika setiap kali merasa bangga, istri saya selalu di sisi memberi peringatan, ketika sedang sial, istri selalu mendorong semangat saya. Setiap kali merasa malas, istri selalu memacu dorongan, setiap kali hampir menyimpang dari jalan yang benar, istri selalu mengingatkan. Selama tiga dekade, berulang kali berganti pekerjaan, istri saya selalu membantu memberi semangat dalam masa pahit dan manis, rejeki saya selalu naik turun, menghadapi untung dan rugi, istri saya tidak pernah menyalahkan apalagi meninggalkan saya.
Anak-anak kini telah selesai menempuh pendidikan, mempunyai pekerjaan dan menikah, adalah kontribusi istri saya; keluarga saya bahagia dan harmonis, adalah pengorbanan istri saya. Selama tiga dekade, pakaian istri tidak fashion, tetapi selalu sangat bersih, ia tidak ada bakat menonjol, tapi dapat bekerja keras. Tidak pintar berkomunikasi, tetapi selalu memperlakukan orang dengan ketulusan, dan sekarang rambut hitam telah menjadi rambut putih, miskin telah menjadi berkecukupan, istri masih tetap seperti dulu, pekerja keras dan masih tetap jujur. (era)