GENERASI EMAS DARI KEBUN SAWIT: UTOPIA?

puncak peringatan HDMPA (Hari Dunia Menentang Pekerja Anak) dilakukan langsung di perkebunan. "CERIA BERSAMA ANAK KEBUN SAWIT" dilaksanakan bersama Kementerian KPPA, NGO Anak, Pemerintah Kabupaten dan BPDP di Perkebunan Wilmar PT AMP Kabupaten Agam Sumate--
KORANRADAR. ID- GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) terus bergerak. Membilas wajah sawit yang sarat persepsi negatif. Ragam pemberitaan seolah wajah sawit serba buram.
Benarkah sawit layak dipuji hanya karena kontribusi ekonomi dan devisa semata? Dan selebihnya serba buruk dan layak dihukum? Atau hanya perlu ditata dan digandeng sehingga memberi dampak dan kontribusi lebih optimal? Bukankah industri sawit kita bagai raksasa yang menyimpan daya dorong mega? Kadang kita lebih 'mengingat hal negatif'. Yang pasti ada segudang potensi sawit yang bisa jadi modal penting menyiapkan generasi emas 2025. Yakni tentang anak dengan ragam dimensinya.
Sejarah dan disain perkebunan yang diwariskan rejim kolonial punya dua sisi. Sisi plus dan minus. Diluar sisi minus seperti budaya feodalisme, budaya perkebunan (sawit) sangat layak kita syukuri. Ada budaya yang sejak dulu memperhatikan aspek kesehatan dan pendidikan.
BACA JUGA:Sumarjono Saragih Ketua APINDO Sumsel Sebut Dialog Buruh dan Pengusaha Kunci Perlindungan Pekerja
.
Ada jejak nyata bahwa pengusaha perkebunan rejim kolonial memberi perhatian lebih ke aspek kesehatan. Ada catatan dan bukti sejarah. Salah satu rumah sakit besar dan moderen di jaman itu adalah milik perusahaan perkebunan. Di Medan ada RS Putri Hijau dibangun oleh perusahaan perkebunan tembakau Deli Maatshcappij pada tahun 1885. Kemudian tahun 1950 diserahkan ke TNI AD.
.
Sistim dan budaya itu terus berlanjut dengan segala upaya perbaikan dan penyesuaian. Tak heran kita mudah menemukan klinik dan fasilitas kesehatan yang standar dan sangat layak di tengah perkebunan. Memiliki dokter, bidan dan para medis yang selama 24 jam siaga melayani pekerja dan keluarganya.
.
Hal yang sama di pendidikan dan pengasuhan. Pekerja bisa menitipkan pengasuhan anak di rumah asuh anak TPA atau 'day care'. Fasilitas pendidikan sebagai kebutuhan dasar anak karyawan, disediakan dalam ragam bentuk. Ada bus sekolah.
BACA JUGA:Sumarjono Saragih : Kesadaran K3 Pekerjaan Seumur Hidup
Merenovasi dan meningkatkan kualitas sekolah milik pemerintah yang ada disekitar perkebunan. Bahkan bila tak tersedia cukup dan layak, perusahan membangun sekolah di tengah areal kebun. Mulai dari TK hingga SLTA. Untuk anak pekerja semua gratis tanpa dipungut biaya. Anak warga sekitar perkebunan juga dapat diterima bila masih ada tempat dengan syarat tertentu.
.
Oleh GAPKI, puncak peringatan HDMPA (Hari Dunia Menentang Pekerja Anak) dilakukan langsung di perkebunan. "CERIA BERSAMA ANAK KEBUN SAWIT" dilaksanakan bersama Kementerian KPPA, NGO Anak, Pemerintah Kabupaten dan BPDP di Perkebunan Wilmar PT AMP Kabupaten Agam Sumatera Barat.
.
Pesertanya mayoritas anak karyawan perkebunan yang bersekolah di sekolah milik pemerintah yang sudah dibantu oleh perusahaan. Mereka anak anak yang beruntung. Terlihat dari keceriaan dan talenta yang ditampilkan dalam acara. Mereka menikmati hak seorang anak yang dilindungi dan dihormati perusahaan dan orang di sekitarnya. Tidak ada pekerja anak yang terlibat di perkebunan sebagaimana banyak dituduhkan.
.
Tidak berlebihan bahwa sawit adalah mitra pemerintah yang setia membangun dan menjangkau dari perdesaan. Atas inisiatif dan konsistensinya, GAPKI-Sawit diganjar penghargaan khusus PAACLA AWARD 2025 pada tgl 16 Juni 2025 di Jakarta. Bersamaan dengan peringatan HDMPA atau World Day Againts Child Labour.
.
Dengan segala keterbatasan pemerintah, kehadiran sistim dan budaya perkebunan sawit yang ramah anak akan menjadi penopang impian Indonesia Emas 2045. Industri sawit menyiapkan anak yang sehat dengan pendidikan yang layak. Mereka akan menjadi generasi emas. Menjaga dan terus membawa kemajuan negeri. Tak berlebihan sawit sumber generasi emas 2045. Semoga.//
.
Sumarjono Saragih
● Ketua GAPKI Bidang Pengembangan SDM
● Chairman Founder WISPO (Worker Initiatives for Sustainable Palm Oil)