Masa Kejayaan Gudang Garam Meredup : Penjualan Turun, Harga Saham Anjlok Nyaris 10 Kali

ilustrasi petani tembakau--
KORANRADAR ID- Masa kejayaan PT Gudang Garam Tbk yang berkode emiten GGRM, salah satu industri rokok terbesar di Indonesia meredup.
Pertanda bisnis rokok yang dijalani Gudang Garam sudah tidak 'ngebul' lagi. Harga sahamnya terjun bebas ke level Rp9.100/lembar pada penutupan perdagangan Jumat (20/6/2026). Enam tahun lalu, harga sahamnya masih moncer di level Rp90.000/saham.
Dengan kata lain, saham GGRM mengalami keanjlokkan nyaris 10 kali lipat, jelas ini bukan pertanda baik. Menunjukkan penurunan tajam atas penjualan yang memukul laba perusahaan.
Memburuknya harga saham GGRM, seiring dengan fundamental perusahaan yang mulai batuk-batuk. Dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Minggu (22/6/2025), pabrik rokok milik Susilo Wonowidjojo itu, hanya mampu mengoleksi saham sebesar Rp980,8 miliar sepanjang 2024.
BACA JUGA:Harta Owner Gudang Garam Susilo Wonowidjojo Menyusut, dari Rp149 Triliun Kini Tersisa Rp47,2 Triliun
Atau terjun bebas 81,57 persen dibandingkan laba bersih 2023 yang masih bagus di angka Rp 5,32 triliun. Pendapatan perusahaan turun dari Rp118,95 triliun menjadi Rp 98,65 triliun. Atau melemah 17,06 persen.
Segmen utama penopang pendapatan GGRM, yaitu sigaret kretek mesin, hanya menghasilkan pendapatan Rp86,62 triliun. Sementara segmen sigaret kretek tangan mencatat Rp9,36 triliun. Pendapatan lainnya berasal dari rokok klobot, konstruksi, kertas karton, dan bisnis pendukung lainnya.
Atas perkembangan harga saham yang babak belur serta tergerusnya laba perusahaan yang signifikan, GGRM terpaksa menghentikan belanja tembakau asal Temanggung, Jawa Tengah.
Direktur Kebijakan Publik Center of Economic and Law Studies (Celios), Media Wahyudi Askar menyebut, memburuknya kondisi perusahaan membuat GGRM tak punya pilihan. Upaya menghentikan belanja tembakau, dilakukan demi efisiensi.
"Kemungkinan besar itu karena penurunan penjualan. Karena tekanan probabilitas dari Gudang Garam karena memang beberapa tahun terakhir ada penurunan penjualan. Sehingga laba bersih Gudang Garam tergerus. Meski masih ada profit, tapi trennya turun," kata Media , Jakarta, dikutip Minggu (22/6/2025).
Dia mengatakan, penurunan omzet yang dihadapi salah satu industri rokok terbesar di Indonesia itu, sejatinya, sudah terlihat sejak 2024. Memasuki 2025, perekonomian Indonesia mengalam gejolak yang luar biasa. Utamanya soal pelemahan daya beli.