Dosen UBD Jadi Narasumber Lokakarya HISKI, Warisan Budaya Dukung Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Lokal

Poto bersama narasumber Lokakarya Penulisan Kreatif Sastra Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) di Universitas 17 Agustus (UNTAG) Banyuwangi.--
PALEMBANG, KORANRADAR.ID – Dosen Universitas Bina Darma, Dr. Ferry Kurniawan, M.Pd hadir sebagai narasumber Lokakarya Penulisan Kreatif Sastra yang digelar Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) secara hybrid di Universitas 17 Agustus (UNTAG) Banyuwangi, 29 Mei 2025 lalu.
Ia membawa gagasan besar yakni tradisi lisan dan manuskrip bisa menjadi produk kreatif yang menggerakkan pariwisata dan ekonomi lokal.
Kegiatan ini dihadiri oleh pegiat budaya, akademisi, mahasiswa, dan pelaku ekonomi kreatif.
Dr. Ferry tampil membawakan materi berjudul “Pembuatan Produk Kreatif Berbasis Tradisi Lisan dan Manuskrip Banyuwangi sebagai Pendukung Pariwisata”, yang dengan lugas membahas potensi warisan budaya sebagai bahan baku industri kreatif.
Menurut Dr. Ferry, tradisi lisan seperti legenda Sri Tanjung, ritual Seblang, dan seni tari Gandrung bukan hanya untuk dikenang, tetapi juga bisa diolah menjadi produk budaya bernilai jual tinggi.
Ia memberikan contoh nyata, mulai dari t-shirt dan boneka dengan motif budaya, film animasi edukatif, hingga aplikasi game lokal yang mengangkat cerita rakyat Banyuwangi.
“Tradisi bukan hanya untuk dilestarikan dalam museum atau catatan arsip. Tradisi harus hidup, dan cara menghidupkannya adalah dengan menjadikannya bagian dari keseharian masyarakat, termasuk melalui produk kreatif,” tegas Dr. Ferry.
Dr. Ferry juga membahas pentingnya kolaborasi lintas sektor antara akademisi, UMKM, pemerintah, komunitas kreatif, dan investor. Ia memaparkan berbagai skema pendanaan mulai dari hibah budaya, Kredit Usaha Rakyat (KUR), hingga pembiayaan mandiri yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan produk-produk budaya.
“Kita butuh ekosistem kreatif yang bukan hanya bicara tentang ide, tapi juga realisasi dan keberlanjutan. Budaya kita kaya, tinggal bagaimana kita kemas dan pasarkan dengan cara yang sesuai zaman,” ucapnya.
Lokakarya ini bukan sekadar forum ilmiah, tetapi ruang inspirasi. Dr. Ferry membuktikan bahwa dengan pendekatan inovatif, budaya bukan hanya bisa diwariskan tetapi juga bisa menjadi jalan masa depan.
Produk budaya berbasis tradisi lisan dan manuskrip tak hanya memperkuat identitas daerah, tetapi juga membuka peluang usaha dan memperluas lapangan kerja.
Dengan semangat membumikan warisan lokal melalui karya kreatif, Dr. Ferry menutup sesinya dengan seruan inspiratif untuk mengangkat kekayaan lokal menjadi kebanggaan global. Tradisi adalah masa depan, jika mau bergerak bersama.
Menjadi narasumber dalam lokakarya nasional bukanlah hal yang kecil, di sana ia menunjukkan kapasitas dan karismanya. Tidak hanya cakap dalam bidang akademik, Dr. Ferry juga mampu menjembatani ilmu pengetahuan dengan praktik nyata di tengah masyarakat.
Kepiawaiannya mengangkat potensi budaya lokal Banyuwangi ke dalam produk kreatif yang mendukung pariwisata menunjukkan bahwa beliau bukan sekadar pengajar di ruang kelas, tetapi juga agen perubahan yang aktif membangun kolaborasi lintas sektor.