Siswa SMA Al Falah Jakarta Timur Telusuri Jejak Sejarah di Lahat

Desa Simpur, Kecamatan Gumay Ulu, Kabupaten Lahat menjadi tujuan utama ekspedisi ilmiah bertajuk Cerito Kito oleh siswa-siswi SMA Al Falah Jakarta Timur.--

LAHAT, KORANRADAR.ID - Sumatera Selatan menyimpan sejuta kisah sejarah dan kekayaan budaya yang luar biasa. Salah satunya terdapat di Desa Simpur, Kecamatan Gumay Ulu, Kabupaten Lahat, yang dikenal sebagai situs megalitik penting dan menjadi bukti peradaban manusia purba yang diperkirakan telah ada sejak 4.000 tahun lalu. Lokasi ini menjadi tujuan utama ekspedisi ilmiah bertajuk Cerito Kito oleh siswa-siswi SMA Al Falah Jakarta Timur.

Kepala SMA Al Falah Jakarta Timur Tedi Mulyadi, menyampaikan bahwa situs-situs seperti Tinggihari I, Tinggihari III, dan Batu Tigas tidak hanya menjadi peninggalan sejarah, tetapi juga simbol identitas budaya yang perlu dijaga dari ancaman modern seperti penambangan dan perambahan hutan.

Ekspedisi ini dipimpin Seva Liana, wali kelas XI SMA Al Falah Munjul Ciracas Jakarta Timur, yang juga pernah belajar metode Project Based Learning di GCSS Rochester, New York. Selama sepekan, siswa-siswa diajak belajar langsung dari lapangan—melintasi kota-kota seperti Prabumulih, Lahat, Pagar Alam, hingga Palembang.

“Seluruh siswa aktif terlibat dan memperoleh banyak ilmu baru. Mulai dari situs megalitik, Pusat Latihan Gajah Bukit Serelo, pabrik teh di Pagar Alam, Pertamina EP di Prabumulih, hingga destinasi budaya di Palembang seperti Benteng Kuto Besak, Museum Balaputradewa, dan Kampung Arab,” ujar Seva.

Ketua ekspedisi, Khalila Putri Az Zahra, menjelaskan bahwa program Cerito Kito bertujuan mengaplikasikan pengetahuan selama satu tahun dalam bentuk nyata. “Kami belajar tentang sejarah, sumber daya alam, dan budaya dengan pendekatan 7 essential life skills seperti critical thinking, problem solving, hingga taking on challenges,” ujarnya.

Pengalaman paling berkesan, lanjut Khalila, adalah saat mengunjungi situs Batu Tigas. “Meski banyak arca yang tidak utuh, informasi dari Pak Mario membuat kami lebih memahami pentingnya peninggalan leluhur ini. Harapannya, makin banyak orang yang peduli dan ingin belajar sejarah.”

Ekspedisi ini bukan sekadar perjalanan ilmiah, tetapi pengalaman hidup yang membentuk karakter dan memperkuat rasa cinta terhadap budaya dan sejarah bangsa. (man)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan