Apindo Sebut Hilirisasi Hingga UMKM Jadi Agenda Strategis Pacu Ekonomi

Ketua Umum Apindo Shinta Kamdani--

JAKARTA, KORANRADAR.ID  Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan pemajuan hilirisasi, ekonomi digital, industri hijau, swasembada pangan, dan penguatan UMKM menjadi agenda strategis pemerintah yang bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ketua Umum Apindo Shinta Kamdani di Jakarta, Kamis menyatakan tahun 2025 menjadi periode yang penting bagi ekonomi Indonesia, di mana berbagai peluang dan tantangan akan menentukan arah pertumbuhan ekonomi ke depannya.

"Untuk memastikan Indonesia dapat mencapai pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan, agenda strategis harus dijalankan dengan terarah," ujarnya.

Untuk hilirisasi, dikatakan Shinta merupakan salah satu kunci utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Ia menilai dengan 21 komoditas prioritas yang dilakukan saat ini, menjadikan Indonesia memiliki cadangan dan produksi unggulan di tingkat dunia. Sehingga pemerintah mempunyai posisi penting untuk menargetkan diri sebagai pemimpin pasar (market leader) di berbagai komoditas hilirisasi.

Ia menyatakan, program hilirisasi dapat secara signifikan memperbaiki keseimbangan neraca perdagangan Indonesia dan mengurangi ketergantungan terhadap komoditas impor.

"Sehingga memperkuat struktur ekonomi yang lebih berkelanjutan dan resilient," kata dia.

Sementara ekonomi digital, Apindo memproyeksikan pada tahun 2025 akan tumbuh pesat karena didukung populasi dan penetrasi internet hampir 80 persen. Adapun nilai sektor ini pada tahun depan mencapai 130 miliar dolar AS.

Lebih lanjut, ia mengatakan industri hijau memiliki potensi besar untuk mendorong transformasi ekonomi. Meski demikian penerapan industri hijau masih menghadapi tantangan investasi yang rendah.

Oleh karena itu, Apindo menyatakan perlu dukungan pemerintah seperti kompensasi biaya awal melalui insentif fiskal, kerja sama dengan lembaga keuangan dan penyesuaian tingkat suku bunga bagi proyek hijau, serta pengembangan regulasi yang konsisten.

Sedangkan untuk agenda swasembada pangan, ia menyatakan sektor pertanian Indonesia harus mampu mengatasi perubahan struktural signifikan, mengingat kontribusi sektor ini terhadap PDB turun lebih dari 30 persen pada 1970-an menjadi hanya 12,53 persen pada tahun 2023.

Meskipun melibatkan lebih dari 27 persen tenaga kerja nasional, produktivitas pertanian Indonesia rata-rata hanya 5,29 ton per hektare, atau masih tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam yang mencapai 6,1 ton per hektare, dan China 6,5 ton per hektare.

Untuk mewujudkan swasembada dan meningkatkan daya saing pertanian, pihaknya merekomendasikan empat langkah strategis utama, yakni membangun kemitraan petani melalui model inclusive closed-loop untuk memastikan integrasi hulu-hilir yang lebih baik, serta menciptakan narasi tunggal pertanian dengan satu kata dan satu data guna mendukung perencanaan yang lebih akurat

Selanjutnya, mendorong adopsi bibit unggul, mekanisasi, dan teknologi digital untuk meningkatkan produktivitas, serta memperkuat dukungan pemerintah dalam pengembangan infrastruktur, pembiayaan pasca panen, dan subsidi pupuk yang adil.

Tag
Share