PALEMBANG,KORANRADAR- ID - Kelenteng Chandra Nadi atau Soey Goeat Kiong terletak di kawasan 10 Ulu Palembang menggelar pembukan sembahyang rebutan Sabtu 3 Agustus 2024 atau tanggal 29 bulan penanggalan lunar.
Sukardi Ketua Locu sembahyang rebutan didampingi Locu lainnya Sukarta mengatakan, ritual di awali dengan sembahyang altar pada pukul 17.00 wib kemudian pada pukul 18.00 wib digelar ritual pembuka.
"Untuk di kelenteng Chandra Nadi sembahyang rebutannya diikuti oleh 12 Locu, " katanya
Menurut Sukardi, setelah sembahyang pembuka, pada 17-8 Agustus 2024 mendatang akan digelar sembahyang rebutan."Kemudian pada 2 September 2024 digelar sembahyang penutupan, " katanya.
Sukardi juga mengatakan, kalau sembahyang rebutan merupakan sebuah tradisi yang dilakukan orang Tionghoa setiap bulan 7 pada penanggalan Tionghoa. Tradisi ini juga disebut sebagai Festival Hantu Kelaparan.
Pada bulan tersebut, masyarakat Tionghoa percaya bahwa pintu alam baka terbuka dan para hantu dapat berkelana dengan bebas di dunia manusia selama satu bulan penuh.
" Pada bulan ke-7 ini, masayarakat Tionghoa merasa harus lebih hati-hati dan selektif dalam melakukan aktivitas. Mereka menghindari kegiatan semacam membuka usaha baru, menikah, atau bepergian jauh, "katanya.
Pada pertengahan bulan hantu ini, warga Tionghoa akan mengadakan perayaan dan persembahyangan sebagai bentuk penghormatan kepada para hantu.
Ritual ini disebut juga dengan sembahyang rebutan atau cioko.
Sukardi juga menceritakan tentan Sejarah sembahyang rebutan atau Festival Cioko. Festival Cioko dulunya merupakan tradisi masyarakat agraris. Perayaan tradisi ini berlangsung sebelum masa panen yang jatuh di musim gugur.Para petani melakukan tradisi ini untuk memberikan penghormatan pada para leluhur dan dewa-dewa agar musim panen mereka diberkati. Perayaan puncak Festival Cioko Secara harfiah, cioko berarti menjarah dari altar. Saat tradisi ini berlangsung, orang Tionghoa akan mengadakan persembahyangan di depan altar dengan sajian lengkap.
Sajian tersebut berisi buah-buahan, kue, minuman, dan bermacam-macam masakan. Tradisi ini diadakan untuk mempersembahkan segara keperluan arwah. Bagi masyarakat China, perayaan ini disebut juga dengan nama Cit Gwee Poa. Sementara itu, hadir juga dalam kegiatan tersebut ketua PTITD Komda Sumsel Akhe, Ketua Martresia Komda Sumsel Chandra Husin, Sekretaris PTITD Hengky Saputra, pengurus Tridharma Joni Prima dan Suwardi Kasim