Final Euro 2024, Trofi keempat Spanyol atau piala perdana Inggris?

Minggu 14 Jul 2024 - 15:12 WIB
Reporter : asifardiansyah
Editor : asifardiansyah

JAKARTA, KORANRADAR. ID  - Spanyol berusaha menjadi tim pertama yang empat kali menjuarai Piala Eropa, sedangkan Inggris berusaha merengkuh trofi Euro perdananya, saat keduanya bertemu dalam final Euro 2024 di Stadion Olimpiade Berlin pada Senin dini hari pukul 02.00 WIB.Sebelum ini, La Roja sudah empat kali merasakan final Euro, yakni edisi 1964, 1984, 2008, dan 2012. 

Hanya final Euro 1984 yang gagal mereka menangkan.Sebaliknya, ini final Piala Eropa kedua yang dinikmati Inggris setelah Euro 2020. Tak ada pelatih Inggris yang menyaingi Gareth Soutgate mengantarkan Three Lions dua kali merasakan final turnamen utama.

Southgate adalah pelatih kedua setelah Sir Alf Ramsey yang membawa Inggris ke final turnamen besar. Southgate gagal pada Euro 2020, sedangkan Ramsey sukses menjuarai Piala Dunia 1966.Jika berhasil membawa Inggris mengalahkan Spanyol, maka Southgate akan menyamai Ramsey sebagai pelatih yang membuat Inggris mengangkat trofi utama sepak bola.

Dia bisa mengakhiri dahaga 58 tahun tak menjuarai baik Piala Dunia maupun Piala Eropa, yang bisa membuatnya dianugerahi gelar "Sir" seperti diberikan kepada Alf Ramsey.Ini juga bisa menjadi trofi pertama Harry Kane yang sangat produktif di Liga Premier dan Bundesliga tapi tak pernah mengangkat satu pun trofi.

Sebaliknya, bagi Luis de la Fuente, menyempurnakan safari Spanyol dalam Piala Eropa yang selalu menang dalam enam laga sebelumnya, menjadikannya pelatih pertama yang menjuarai Piala Eropa dengan rekor sempurna selalu menang.Dia juga akan masuk jajaran pelatih elite Spanyol yang menjuarai turnamen utama, bersama Jose Villalonga, Vicente del Bosque dan Luis Aragones.

Dia akan dicatat sebagai pelatih yang membawa skuad yang rata-rata non bintang, tapi berakhir juara.

Spanyol versi de la Fuente bahkan awalnya tak difavoritkan menjuarai Euro 2024.

 

Terseok-seok Meyakinkan vs terseok-seok

 

Meskipun tanpa dipenuhi pemain-pemain bintang seperti skuad Inggris, perjalanan pasukan de la Fuente, amat meyakinkan.Mereka memenangkan semua dari enam laga sebelum final, yang lima di antaranya tanpa melalui perpanjangan waktu. Tak ada laga yang diakhiri dengan adu penalti.Sebaliknya, Inggris hanya dua kali memenangkan laga dalam waktu normal 90 menit, bahkan dipaksa adu penalti oleh Swiss dalam perempat final.Padahal, lawan-lawan Inggris lebih ringan ketimbang tim-tim yang dihadapi Spanyol.Belanda mungkin lawan terberat Inggris, tapi Spanyol mencapai final setelah menggebuk Italia, Jerman dan Prancis, serta kuda hitam Kroasia.Hebatnya lagi, tujuh dari 8 gol Spanyol kala melawan keempat itu berasal dari permainan terbuka.Sebaliknya, Inggris mesti terseok-seok dulu. 

Mereka dipaksa seri oleh Denmark dan Slovenia, lalu hampir kalah dari Slovakia kalau bukan berkat dua gol pada menit-menit terakhir.

Three Lions juga mesti mengandalkan penalti kontroversial saat menyingkirkan Belanda dalam semifinal.Inggris sudah menciptakan 7 gol dan kemasukan 4 gol, dari total 66 peluang yang 19 di antaranya tepat sasaran.Sebaliknya, La Roja menyarangkan 13 gol dan kebobolan 3 gol, setelah menciptakan 108 peluang yang 37 di antaranya tepat sasaran.

Sukses Spanyol dibangun atas dasar filosofi sepak bola menekan yang membuat lawan kehilangan konsentrasi menyerang dan kemudian kehilangan bola. Tetapi Spanyol akan kesulitan menekan Inggris.Three Lions sangat fisikal yang memburu bola ke mana saja dan memiliki tekel-tekel sedikit lebih efektif ketimbang Spanyol.Jelajah berlari Three Lions juga lebih jauh ketimbang La Roja, perbandingannya 737 km melawan 723 km. 

Umpan efektif pun lebih banyak ketimbang Spanyol, yakni 3.593 berbanding 3.202.Inggris juga mempunyai senjata yang harus diwaspadai Spanyol, yakni daya tahan, yang membuat mereka acap lolos dari lubang jarum. Mereka berulang kali diselamatkan oleh gol-gol menit-menit terakhir.

Kategori :