PALEMBANG, KORANRADAR.ID - Keberhasilan Johannes Agus Taruna menghadapi ujian pertama sebagai guru privat menjadi pintu kesuksesannya. Dengan pendekatan yang humanis, serta keinginan menjadi guru yang baik.
Tak ada sukses yang instans. Semua harus berproses dan mengalami perjalanan yang panjang. Tekad yang kuat dan keinginan tak sekadar menjadi baik, tetapi juga super. Good to great, filosofi yang selalu dipegang Pak Yo, sapaan Johannes.
Filosofi ini didapatkan Johannes kala merintis franchise Super Bimbel GSC di tahun 2006. Berbagai seminar, workshop, simposium diikuti.
Membeli buku, surfing di dunia maya dilakoni agar tak salah. Bukan pula sekadar ikut tren, ini merespons banyaknya permintaan dari Padang, Jambi, Lampung yang ingin membuka Super Bimbel GSC. Belum lagi dari Provinsi Sumatera Selatan sendiri.
BACA JUGA:Kandidat Walikota Harus Menyiapkan Logistik, Bukan Hanya Program, Kantong Harus Tebal
Menjadi sukses dan membesarkan Super Bimbel GSC tak semudah yang dibayangkan kala itu. Jalan berliku dihadapi Johannes.
Berawal dari peristiwa tabrak lari yang dialami sang ayah. Saat itu, Johannes tercatat sebagai mahasiswa semester V di Fakultas MIPA Jurusan Matematika Universitas Sriwijaya.
Kritis. Semua panca-indra mengeluarkan darah. Johannes sekeluarga pun pasrah. Meski demikian, Johannes tetap berpikir.
Ia bertekad harus menyelesaikan kuliahnya. Harus mampu mengambil peran ayahnya yang tengah terbaring.
Meski satu bulan kemudian sembuh, Johannes tetap meneruskan tekadnya. Apalagi kondisi sang ayah tak memungkinkan lagi untuk bekerja.
BACA JUGA:Pesan Penjabat Gubernur Sumsel Saat Peninjauan di TPKS, Ayo Datang ke Museum Sriwijaya
Dari sana ia pun memasang iklan les privat di sebuah koran lokal. Hasilnya, ia mendapat telepon yang meminta agar Johannes mengajar.
Namun, Johannes sempat bingung. Bukan soal bayaran atau hal lainnya tetapi tantangan yang dihadapi sangat besar.
Murid pertamanya adalah siswa kelas 2 SMP. Anak ini luar biasa, dia juara satu paling akhir, semua nilai di raportnya merah, hanya dua bidang studi yang biru.
Guru di sekolah pun memvonis dia bakal tidak naik. Orangtuanya menceritakan sejak lulus SD, kemauan belajar dan prestasi di sekolah terus turun, mereka menjadi malu jika harus bertemu sanak keluarga dan teman-temannya yang sukses dan berhasil.