KORANRADAR.ID – Nama Garut tak bisa dilepaskan dari fenomena batu akik yang sempat mengguncang Indonesia pada tahun 2015.
Berbagai jenis batu mulia dari Garut menjadi primadona di kalangan kolektor dan pecinta batu akik, bahkan hingga saat ini gairahnya tetap terjaga meskipun pasar sempat lesu.
Ketenaran batu Garut tak lepas dari keunikan warna dan coraknya. Batu Hijau Garut, atau dikenal sebagai Batu Hijau Botol, serta Batu Pancawarna adalah dua jenis yang paling melekat di benak masyarakat.
Namun, di balik popularitas keduanya, tersembunyi sebuah permata langka yang jarang terekspos: Batu Akik Cikolak.
Kelangkaan Batu Akik Cikolak disebabkan oleh sulitnya menemukan materialnya di pasaran maupun di antara penambang.
Ade Ateng (49), seorang seniman ukir batu akik dari Kampung Cinagrog, Garut, mengakui bahwa khazanah batu mulia memang sedang lesu.
"Penambang kini sulit menemukan batu berkualitas terbaik, tidak seperti dulu. Penggosok batu pun kian jarang," ujar Ateng.
BACA JUGA:Membongkar Mitos: Batu Giok, Si Pembawa Keberuntungan dan Manfaat Kesehatan
Keunikan Akik Cikolak: Fosil Kayu yang Mengkristal
Menurut Ateng, Batu Akik Cikolak memiliki keunikan motif dan corak tersendiri. Yang istimewa, bahan baku batu ini berasal dari fosil kayu dengan kualitas super yang langka di pasaran. "Hanya orang-orang tertentu yang punya dan paham jenis batu akik ini. Batu khas daerah sini bukan dari material batu mulia, tetapi dari jenis pohon-pohon yang menjadi fosil," jelasnya.
Keistimewaan Akik Cikolak terletak pada serat kayunya yang masih terlihat jelas meskipun batunya telah mengkristal. Warna batu ini pun unik, bisa berubah seiring waktu, makin pekat, dan bahkan menjadi kristal.
Ijo Ohen: Legenda Batu Hijau Garut dari Sawah Aki Ohen
Selain Cikolak, Garut juga memiliki Akik Ijo Ohen yang tak kalah legendaris. Batu ini konon hanya ditemukan di sawah milik Aki Ohen di Kecamatan Bungbulang pada era 1970-an. Dengan kekerasan di atas 7 Mohs, Ijo Ohen menjadi incaran para pejabat dan politisi kala itu.
Ciri khas Ijo Ohen adalah kejernihan batunya serta lapisan bongkahan di kapur yang halus. Kisah penemuan bongkahan besar Ijo Ohen oleh Aki Ohen saat menggali sawah, kemudian menjualnya, dan menamai batu tersebut sesuai namanya, menjadi cerita primadona yang terus hidup dari mulut ke mulut.