PALEMBANG,KORANRADAR.ID - Di tengah eskalasi krisis iklim global, Delegasi Indonesia, melalui perwakilan Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Wakil Ketua BKSAP DPR RI, Achmad Hafisz Tohir, turut serta dalam Konferensi Perubahan Iklim Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-28 (COP ke-28th - FNCCC), 6 Desember 2023 di Expo City, Dubai - Uni Emirate Arab.
Dalam kesempatan itu menyampaikan beberapa pandangan Parlemen Indonesia terkait Pendanaan Kerugian dan Kerusakan yg mrpkn Elemen penting untuk menjawab tantangan perubahan iklim.
Hafisz menekankan bahwa Pendanaan Operasionalisasi Kerugian dan Kerusakan harus memenuhi kriteria New, Additional, Predictable, dan Adequate. Dengan demikian tdak hanya menjadi komitmen baru, tetapi juga meningkatkan dukungan secara substansial, Predictable, dan memadai untuk menangani dampak perubahan iklim.
Dalam konteks aksesibilitas, Delegasi RI menegaskan bahwa Pendanaan harus dapat diakses olehsemua pihak, termasuk negara berkembang. Birokrasi yang rumit harus dihindari dan prinsip keadilan iklim serta inklusi sosial harus diintegrasikan dalam pendekatan pendanaan ini.
BACA JUGA:Hafisz Tohir, Pendidikan Politik Kepada Rakyat
"Model pendanaan, harus melibatkan dana perantara keuangan dan instrumen non-utang. Mencerminkan keragaman sumber daya dan fleksibilitas yang diperlukan untuk atasi tantangan perubahan iklim dengan cara yg efektif,"ujarnya, Kamis 14 desember 2023.
Kemudian mempertimbangkn kebutuhan masyarakat yang terkena dampak. Mencakup pemulihan, rekonstruksi dan penanganan kerugian non-ekonomi. Pngelolaan dana yang transparan diutamakan tanpa mengorbankan aksesibilitas bagi yang membutuhkan.
Delegasi RI juga menyoroti bbrpa persyaratan yang dihasilkan UNFCCC COP 27. Ini melibatkan perjanjian mengenai sistem keuangan baru untuk negara-negara miskin atau berkembang yg rentan terhadap perubahan iklim.
BACA JUGA:Hafisz Tohir Edukasi Masyarakat Agar Terhindar dari Pinjol
Adanya penegasan bahwa kenaikan suhu global harus dibatasi hingga 1,5 derajat Celsius juga menjadi poin penting yang perlu diakui oleh semua negara peserta.
Investasi dalam energi terbarukan juga menjadi fokus penting, dengan nilai USD 4 triliun/thn yang diperlukan untuk mencapai Net Zero Emition pada tahun 2050._
Seiring dengan itu, Delegasi Indonesia menyoroti bahwa pentingnya nilai investasi USD 4-6 triliun/tahun yg dibutuhkan untuk menyelesaikan transisi global mnju perekonomian rendah karbon.(zar)