JAKARTA, KORANRADAR.ID - Holding BUMN farmasi Bio Farma Group mencatatkan laba bersih sebesar Rp380 miliar pada kuartal pertama tahun 2025.
Rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Shadiq Akasya mengatakan bahwa laba bersih ini menunjukkan sinyal pemulihan perusahaan setelah melewati masa sulit akibat transisi pasca pandemi COVID-19. Kamis, 8 Mei 2025.
Shadiq mengatakan grup perusahaan kini mulai pulih salah satunya berkat pemanfaatan kembali bahan baku menyusul adanya kebijakan baru dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi yang mewajibkan vaksinasi COVID-19 bagi jemaah haji tahun ini.
“Puji syukur bahwa itu juga menjadi peluang buat kami dan kami berharap juga untuk berikutnya bisa dilakukan (vaksinasi) juga terhadap jamaah umroh. Karena jemaah haji mungkin hanya sekitar 240 ribu orang per tahun, tapi jamaah umroh ada sekitar 1,8 juta orang per tahun,” tuturnya.
Shadiq lebih lanjut menuturkan bahwa Bio Farma Group sempat mengalami penurunan kinerja pada 2023 dan 2024 disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk adanya impairment persediaan dan penyesuaian pasca pandemi COVID-19.
Setelah mencatatkan laba selama pandemi COVID-19, mencapai Rp1,7 triliun pada 2021, dan kemudian menurun menjadi Rp260 miliar pada 2022, perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp2,04 triliun pada 2023 dan Rp1,16 triliun (unaudited) pada 2024.
“Kondisi-kondisi ini memang di masing-masing kejadian pada saat COVID dengan adanya peralihan, kemudian pemulihan pada saat setelah COVID itu ada beberapa yang menjadi beban-beban perusahaan,” ujar dia.
Sementara itu, Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) minus Rp0,47 triliun pada 2023 dan minus Rp0,19 triliun pada 2024, menjadi positif Rp730 miliar pada kuartal pertama 2025.
Bio Farma Group merupakan holding BUMN farmasi dan saat ini terdiri dari PT Bio Farma (Persero) sebagai induk perusahaan, PT Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, dan PT Industri Nuklir Indonesia (INUKI). (ant)