Emilda Aryani Branch Manager Bank Mega Syariah, Target Rp 1 Miliar Dapat Rp 1 Triliun

Emilda Aryani Branch Manager Bank Mega Syariah--

PALEMBANG, KORANRADAR.ID - Emilda Aryani, Branch Manager Bank Mega Syariah Palembang dalam meniti karier menemui banyak tantangan.

Merangkak dari seorang sales dengan gaji seadanya, hingga kini ia memiliki penghasilan dengan nominal fantastis dan berhasil menyabet sederet prestasi.

Ia memiliki prinsip, sudah kadung terjun melakoni suatu pekerjaan, jangan kepalang tanggung, lakukan yang terbaik dengan maksimal untuk meraih kesuksesan. 

Imel, biasa ia disapa, mengawali karir usai  lulus dari  Universitas Indonesia Jakarta pada tahun 1997 menjadi seorang sales di salah satu perusahaan mobil terkemuka di Indonesia.

BACA JUGA:Mengharukan, Sosok Pengusaha Batu Bara Asli Sumsel Ini Ternyata Sempat Jadi Penjual Asongan

Profesi sales dipilih perempuan yang selalu tampil stylish ini, karena ia  memang munyukai pekerjaan yang penuh tantangan dan tidak monoton.

Sebagai sales, ia berkesempatan bertemu banyak orang dengan beragam karakter. Hal ini baginya suatu hal yang sangat menarik.

“Sempat ditentang orangtua saat kerja sebagai sales. Mereka pikir, ngapain capek-capek sekolahin di UI, kalau akhirnya jadi sales. Tapi, saya memang suka pekerjaan lapangan, penuh tantangan,” tuturnya.

Sayangnya, perempuan cantik, pintar, berwawasan luas, dan ramah ini memiliki gaya hidup yang tergolong mewah, sehingga gaji sebagai sales pada saat itu tidak cukup untuk menutupi segala kebutuhan hidup.

BACA JUGA:Sosok William Li Pendiri Akulaku yang Paylaternya Disetop OJK

Untuk memenuhi gaya hidup yang membutuhkan uang yang tidak sedikit, ia masih harus bergantung dengan uang kiriman  dari orangtua yang ada di Palembang.

Bukan tanpa sebab,  cucu dari orang kaya lama di Palembang, H Senen  ini memiliki gaya hidup yang tinggi. Terlahir dari keluarga terpandang di Palembang, anak perempuan satu-satunya dari empat bersaudara ini sedari kecil sudah dibanjiri kemewahan.

Bahkan, saat kuliah di UI, ia dibekali mobil dan tinggal di tempat kos dengan fasilitas yang lengkap, mahal, dan hanya orang tertentu yang bisa kos di tempat tersebut.

“Jadi setelah kerja, saya masih minta uang sama ortu. Kelamaan, ibu saya keberatan harus terus ngirimin. Akhirnya ibu saya putusin stop kirim uang. Dari sini kerja keras saya dimulai, agar saya tetap bisa survive di Jakarta,” ujarnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan